Sebelum terusan itu rampung, kapal-kapal yang berlayar antara pantai timur dan barat Amerika harus berlayar mengelilingi Tanjung Horn, di ujung selatan Amerika Selatan.
Akibatnya, kapal-kapal dagang dan pengangkut logistik tersebut harus menempuh jarak tambahan ribuan mil dan waktu beberapa bulan untuk perjalanan mereka.
"Menciptakan jalur yang akan memperpendek perjalanan itu merupakan tujuan yang sulit dicapai oleh beberapa kerajaan yang memiliki koloni di Amerika," tulis ulasan CNN.
Pada awal abad ke-20, Presiden AS saat itu, Theodore Roosevelt menjadikan penyelesaian jalur terusan sebagai prioritas.
Wilayah tersebut pada saat itu dikuasai oleh Republik Kolombia, tetapi pemberontakan yang didukung AS menyebabkan pemisahan Panama dan Kolombia serta pembentukan Republik Panama pada tahun 1903.
AS dan republik yang baru terbentuk itu menandatangani perjanjian tahun itu yang memberi AS kendali atas sebidang tanah sepanjang 10 mil untuk membangun terusan itu dengan imbalan penggantian biaya.
Terusan ini selesai dibangun pada tahun 1914, mengukuhkan status AS sebagai negara adikuasa di bidang teknik dan teknologi, tetapi pembangunannya menelan korban jiwa yang sangat besar.
Diperkirakan sekitar 5.600 orang tewas selama pembangunan terusan oleh AS.
Kepraktisan Terusan Panama ditunjukkan selama Perang Dunia II, ketika terusan itu digunakan sebagai jalur penting bagi upaya perang Sekutu antara Samudra Atlantik dan Pasifik.
Namun, hubungan antara AS dan Panama perlahan-lahan hancur karena ketidaksepakatan tentang kendali atas terusan itu, perlakuan terhadap pekerja Panama, dan pertanyaan tentang apakah bendera AS dan Panama harus dikibarkan bersama di Zona Terusan Panama.
Ketegangan tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 9 Januari 1964, ketika kerusuhan anti-Amerika menyebabkan beberapa kematian di Zona Terusan dan putusnya hubungan diplomatik antara kedua negara.
Negosiasi selama bertahun-tahun untuk kesepakatan yang lebih adil menghasilkan dua perjanjian selama pemerintahan Presiden AS, Jimmy Carter.
Perjanjian tersebut menyatakan terusan tersebut netral dan terbuka untuk semua kapal dan memberikan kendali bersama AS-Panama atas wilayah tersebut hingga akhir tahun 1999, saat Panama akan diberikan kendali penuh.
"Karena kami telah menguasai sebidang tanah selebar 10 mil di jantung negara mereka dan karena mereka menganggap ketentuan awal perjanjian itu tidak adil, rakyat Panama tidak puas dengan perjanjian itu," kata Carter dalam sambutannya kepada warga Amerika setelah perjanjian itu ditandatangani.