"Orang ini berusaha menabrak sebanyak mungkin orang," kata Kirkpatrick.
Pada saat peristiwa terjadi, pihak berwenang di Orleans sedang memasang pembatas baru untuk keperluan keamanan.
Polisi mengatakan pembatas itu tak berfungsi. Oleh karena itu, personel keamanan disiagakan di tempat kejadian untuk melindungi warga sipil.
Menurut polisi, pelaku melajukan kendaraannya di sekitar trotoar dan mendekati target.
"Kami memarkir mobil di sana, kami punya pembatas di sana, kami punya personel di sana, dan mereka masih berkeliling," ujar Kirkpatrick.
Adapun kendaraan yang digunakan pelaku ialah truk Ford F-150 dengan pelat nomor asal Texas. Truk itu disewa pelaku lewat aplikasi Turo.
Truk tersebut masih terlihat di Harris utara pada Selasa, sekitar 10.15 waktu setempat. Lalu, truk melaju ke arah New Orleans pukul 12.15.
Baca juga: Mobil Tesla Meledak di Depan Trump Hotel, 1 Orang Tewas, Diduga Terkait dengan Serangan New Orleans
Polisi menembak mati Jabbar setelah dia keluar dari kendaraan dan menembaki polisi. Tiga polisi membalas tembakan itu.
Dua polisi yang terkena tembakan pelaku kini berada dalam kondisi stabil.
Bendera ISIS ditemukan di kendaraan pelaku
FBI mengatakan bendera ISIS ditemukan di truk yang digunakan pelaku.
Tak hanya itu, senjata api dan bom pipa turut ditemukan di sana. Bom itu disembunyikan di perangkat pendingin dan disambungkan dengan kabel agar bisa diledakkan dari jarak jauh.
FBI menyebut rekaman dari kamera pengawas memperlihatkan ada tiga pria dan satu wanita yang menaruh salah satu bom.
"Ada beberapa jenazah yang ditutupi di sana. Polisi mencari bom di tong sampah," kata Derick Fleming, seorang kepala pelayan hotel, dikutip dari The Times of Israel.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengaku marah dan merasa frustrasi ketika mengetahui peristwa itu. Dia memilih irit bicara sebelum lebih banyak hal diketahui tentang peristiwa itu.
(Tribunnews/Febri)