Ia juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan merasa bersalah atas tindakannya di medan perang.
Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa gangguan mental menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tindakannya.
Hubungan dengan Trump dan Musk
Dalam catatan yang ditinggalkannya, Livelsberger juga menyebutkan bahwa negara harus "bersatu di sekitar" Presiden terpilih Donald Trump dan CEO Tesla Elon Musk.
Beberapa waktu lalu, Musk memang terlihat semakin dekat dengan Trump, yang menjadi sorotan publik.
Meskipun demikian, pejabat hukum menegaskan bahwa Livelsberger tidak memiliki dendam terhadap Trump.
Baik Trump maupun Musk tidak berada di Las Vegas pada hari terjadinya ledakan.
Keduanya tengah menghadiri pesta Malam Tahun Baru di Florida.
Investigasi Berlanjut
FBI dan otoritas lokal terus melanjutkan penyelidikan terkait kejadian ini.
Data yang ditemukan di kendaraan Tesla Cybertruck yang disewa oleh Livelsberger mengungkapkan bahwa ia mengemudi lebih dari 800 mil dari Colorado ke Las Vegas.
Dia membeli senjata api secara sah selama perjalanan tersebut.
Sheriff Kevin McMahill dari Departemen Kepolisian Las Vegas mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui alasan mengapa Livelsberger memilih lokasi di luar Trump International Hotel sebagai tempat ledakan.
Namun, bukti menunjukkan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu yang telah dipertimbangkan.
Pada saat yang sama, tujuh orang mengalami luka ringan akibat ledakan tersebut.
Mereka semua telah dipulangkan setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
Penyelidikan masih terus berlanjut.
Pihak berwenang tengah menganalisis data yang telah ditemukan dari perangkat milik Livelsberger, yang diyakini dapat memberikan lebih banyak petunjuk terkait insiden ini.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)