Mantan pengacara pribadi Trump, Michael Cohen bertindak sebagai perantara dalam pembayaran tersebut.
Dikutip dari VOA, Cohen mengaku melakukan pembayaran atas perintah Trump.
Cohen menyebutnya sebagai upaya untuk melindungi kampanye presiden Trump pada saat itu.
Pada 2018, Cohen mengaku bersalah di pengadilan federal terkait pembayaran uang tutup mulut dan pelanggaran lainnya.
Cohen mengatakan bahwa ia melakukan tindakan tersebut untuk membantu Trump memenangkan pemilihan presiden 2016.
Alasan di baliknya adalah bahwa publikasi tentang klaim perselingkuhan itu akan merusak reputasi Trump.
Trump membantah bahwa ada perselingkuhan.
Akan tetapi tindakan ini memicu investigasi hukum yang lebih besar. Tanggapan Juru Bicara Trump
Tim pembela Trump mengkritik keputusan hakim dan menyebutnya bermotif politik.
Dikutip dari Reuters, Juru bicara Trump, Steven Cheung, menanggapi hal ini dengan tegas.
"Kasus yang melanggar hukum ini seharusnya tidak pernah diajukan, dan Konstitusi menuntut agar kasus ini segera ditutup," katanya.
"Trump harus diizinkan untuk menjalankan tugas-tugas kepresidenan tanpa terhalang oleh sisa-sisa perburuan penyihir ini atau sisa-sisa lainnya," tegas Cheung.
Vonis ini akan diumumkan hanya beberapa hari sebelum pelantikan Trump yang bakal digelar pada Senin (20/1/2025).
Ini merupakan salah satu kasus hukum terakhir yang membelit Trump setelah dia berhasil mengalahkan berbagai dakwaan di tingkat negara bagian dan federal.
Tapi dia tetap menghadapi ancaman hukuman atas kasus ini, yang melibatkan pelanggaran hukum terkait pemilu.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)