Menurut dr Phedy, tipe skoliosis ini biasanya sering tidak diketahui karena memang tidak terlihat begitu saja.
"Skoliosis tipe ini sering tidak diketahui, kecuali si anak memiliki suatu kondisi tertentu dan memerlukan rontgen, biasanya akan diketahui secara kebetulan," papar dr Phedy.
"Tapi seiring berjalannya waktu, skoliosis ini dapat tumbuh dengan sangat berat, ketika sudah berat biasanya baru akan terlihat jika ia mengalami skolisis," lanjut dr Phedy.
Baca juga: Amankah Penderita Diabetes Mengonsumsi Madu? Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar
2. Skoliosis usia pertumbuhan atau skoliosis idiopatik
Skoliosis idiopatik sering kali terjadi pada usia pertumbuhan, di mana penyebab dari skoliosis ini merujuk pada kata "idiopatik" yang artinya skoliosis ini tidak diketahui penyebabnya.
Skoliosis ini rentan menyerang anak perempuan dan laki-kali, kendati demikian, skoliosis ini lebih sering terjadi pada anak perempuan dengan rentang usia 10 tahun hingga 13 tahun.
3. Skoliosis pada orangtua atau skoliosis degeneratif
Skoliosis tipe ini sesuai dengan namanya degeneratif, yaitu skoliosis yang kerap terjadi pada orangtua yang memasuki usia 50 tahun ke atas.
Penyebab terjadinya skoliosis jenis ini adalah karena proses penuaan.
Meski lansia tersebut memiliki tulang belakang yang normal, namun dalam proses penuaan sering kali ditemukan perubahan tulang belakang.
Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi akibat adanya perburukan pada seseorang yang sebelumnya memiliki diagnosis skoliosis, semakin bertambahnya usia, skoliosis akan semakin terlihat.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Ungkap Makan Cokelat Baik untuk Kesehatan Jantung, Gunakan Cokelat Jenis Ini
4. Skoliosis karena kelainan saraf atau skoliosis neuromuskular