Negara beribukota Budapest ini juga memberikan perhatian khusus terkait kondisi setelah persalinan, salah satunya dengan kebijakan cuti bagi kedua orangtua.
"Di Hongaria, bagi ibu ada cuti hamil selama enam bulan dengan pembayaran gaji yang penuh apabila mereka bekerja. Kami harap ini dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan anak agar lebih kuat," kata Lilla.
Ia juga turut berbagi tentang kebijakan yang ramah untuk keluarga yang selama ini tengah digencarkan oleh pemerintah, mengingat Hongaria termasuk salah satu negara di Eropa yang mengalami penurunan populasi selama beberapa tahun terakhir.
"Salah satu tantangan yang dihadapi Eropa saat ini yakni tren penurunan angka kelahiran dan penurunan populasi. Tetapi bagaimana pun, Indonesia dan Hongaria memiliki perspektif yang sama, bahwa keluarga adalah fondasi utama dari sebuah bangsa," ucapnya.
Adapun tiga kebijakan penting yang ditekankan oleh Dubes Lilla tentang pembangunan keluarga di Hongaria yakni hubungan yang stabil (stable relationship), pendapatan yang stabil (stable income), dan perumahan yang stabil (stable housing).
"Kalau di Indonesia masyarakatnya biasa memiliki asisten rumah tangga atau pengasuh anak, di Hongaria, pendidikan anak usia dini atau taman kanak-kanak secara umum gratis, dan mereka juga memiliki sistem pembelajaran baik, juga aman dan ramah anak. Sehingga ibu yang ingin kembali bekerja setelah cuti enam bulan dapat menitipkan anak-anaknya di PAUD atau TK tanpa perlu khawatir," tuturnya.
Kepala BKKBN, dokter Hasto Wardoyo mengapresiasi penuh kerjasama dengan Duta Besar Hongaria, Lilla Karsay. Dia berharap dengan adanya sharing program satu sama lain, dapat dijajaki potensi kerjasama antar dua negara.
Dokter Hasto mengutip pernyataan Presiden Jokowi bahwa kependudukan merupakan titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan membentuk keluarga yang berkualitas.
“Penting untuk mengatur jarak kelahiran, menurunkan angka kematian, mengatur mobilitas penduduk, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam seluruh dimensi,” kata dokter Hasto.
Sementara itu Kepala Pusat Pelatihan dan Kerja Sama Internasional Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) BKKBN, Dr. Ukik Kusuma Kurniawan, SKM, MPS, MA, memaparkan lima strategi BKKBN dalam Program Bangga Kencana selama tahun 2020-2024.
Pertama, memperkuat, menyelaraskan, dan menyinkronkan kebijakan pengendalian populasi. Kedua, meningkatkan advokasi dan mobilisasi program Bangga Kencana.
“Strategi ketiga adalah melakukan penguatan sistem informasi keluarga yang terintegrasi. Maka, kita perlu meningkatkan teknologi dan informasi data,” kata Ukik.
Lanjutnya, strategi keempat adalah meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan fokus pada segmentasi sasaran.
Strategi kelima yaitu meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga secara holistik dan terpadu berdasarkan siklus hidup individu serta memperkuat pembentukan karakter.