“Desainer terkemuka seperti Christian Dior dan Pierre Balmain merupakan orang-orang yang mendalami dan mempelajari mode street fashion,” ujar Diora.
Lantas apa yang bisa dipelajari dari fenomena Citayam Fashion Week itu? Paska Ryanti, rekan Diora di Italian Fashion School menjelaskan, bahwa fashion pada akhirnya tidak sekadar peragaan busana atau soal harga. Karena bagi seorang desainer, untuk menciptakan pakaian atau busana dengan mode terbaru diperlukan sebuah ilmu pengetahuan.
“Berbicara industri fashion, maka harus dibicarakan dari hulu hingga hilir. Sekolah seperti IFS merupakan hulu, tempat mendapatkan ilmu pengetahuan untuk menciptakan busana dengan mode terbaru. Sementara produk atau pakaiannya adalah hilir,” ujar Paska.
Karena itu, kata Paska, pekan mode seperti Citayam Fashion Week menjadi fenomenal bukan karena karya-karya busana yang ditampilkan, melainkan karena melibatkan sejumlah anak muda yang dikenal sebagai anak Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD).
Anak-anak SCBD ini merupakan masyarakat suburban yang tampil dengan identitas individu berikut dengan mode pakaian yang mereka kenakan.
Khusus soal street fashion, kata Paska, beberapa murid Italian Fashion School pun sudah pernah menghasilkan karya demikian.
Baca juga: Masih Dikomentari Soal Citayam Fasion Week, Baim Wong Memilih Tak Baca, Termasuk Pesan Ridwan Kamil
Bahkan karya mereka itu pernah tampil di ajang peragaan busana yang bergengsi yakni Bali Fashion Trend 2020 dan pernah pula dipakai oleh pesohor.
“Nah, kreasi mereka itu tidak muncul begitu saja. Mereka bisa menciptakan pakaian mode street fashion karena memiliki ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di IFS. Untuk menciptakan sebuah karya itu harus ada proses riset, lalu digambar dan buat pola. Lalu disusun dalam sebuah konsep berikut dengan bahan yang akan digunakan. Baru setelah itu masuk proses produksi,” ujar Paska.
Berdasarkan ini, kata Paska, Italian Fashion School sungguh mendukung kegiatan semacam Citayam Fashion Week.
Akan tetapi, kegiatan pekan mode seperti itu harus dilaksanakan secara terencana dan memiliki konsep serta tema yang jelas. Dengan demikian, kegiatan pekan mode seperti itu tidak hanya sekadar menjadi musiman dan mencetak orang-orang secara instan tanpa dasar ilmu pengetahuan.
“Kami mendukung semua kreativitas anak bangsa, khususnya yang mempopulerkan fashion yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Hanya begitu pula karya-karya busana yang diciptakan berkualitas dan berkelanjutan,” ujar Paska.
Diketahui, pekan mode yang dikenal sebagai Citayam Fashion Week menjadi viral dan menjalar ke sejumlah daerah di Indonesia seperti Bandung, Jawa Timur, Medan dan lain sebagainya.
Anak-anak muda dikenal sebagai anak Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD) yang berkumpul di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta itu berjalan lenggak lenggok laiknya berjalan di catwalk. Mereka menggunakan berbagai gaya busana yang unik berdasarkan karakter masing-masing.