Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Golongan Karya (Golkar) sekaligus Duta Besar (Dubes) Keliling Asia Pasifik, Tantowi Yahya ditanya Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra perihal apakah Golkar akan menjaring selebriti dan public figur untuk mempertahankan posisi partai papan atas dalam Pemilu 2024 ke depan.
Menjawab pertanyaan tersebut, Tantowi mengatakan sejak awal Golkar menjadikan dirinya rumah untuk semua rakyat Indonesia.
Untuk itu, kata dia, Partai Golkar tidak memberikan prioritas atau karpet merah kepada masyarakat dari kelompok atau profesi tertentu.
Semua elemen, kata dia, baik aktivis, organisatoris, pengusaha, alim ulama, pendidik, profesional, seniman, termasuk selebriti bergabung di Golkar.
Hal tersebut disampaikannya saat acara Tribun Network Series Mata Lokal Memilih bertajuk "Partai Politik Berebut Suara Selebritas: Membaca Konstelasi Politik Nasional Setahun Menjelang Pemilu 2024" di Menara Kompas Jakarta pada Selasa (14/2/2023).
"Jadi, selebriti atau seniman apapun bidang yang digeluti mendapat porsi yang sama dengan profesi lain," kata Tantowi.
"Sehingga tidak ada keistimewaan sama sekali caleg ataupun kader ataupun anggota legislatif yang latar belakangnya adalah artis," sambung dia.
Ia kemudian mengaku merasakan hal tersebut ketika mulai bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 1996.
Tantowi kemudian baru menjadi caleg pada tahun 2009 bersama dengan temannya yang juga aktris cum politikus Nurul Arifin.
Selanjutnya, kata dia, ia ikut lagi pada Pileg tahun 2014 dan terpilih lagi meskipun tidak selesai karena di tengah jalan mendapatkan tugas sebagai duta besar dari Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan pengalamannya hampir 10 tahun di DPR dan lebih dari 20 tahun di partai, menurutnya tidak ada jalan pintas yang bisa dilakukan.
"Jadi seterkenal apapun kita ya harus bekerja sebagaimana halnya teman-teman lain yang latar belakangnya berbeda," kata dia.
Baca juga: Pamit Tugas Sebagai Dubes Selandia Baru, Tantowi Yahya Sampaikan Pesan Seni Berdiplomasi
"Golkar adalah partai yang berbasis kinerja. Jadi siapapun yang berkinerja baik, tanpa melihat latar belakangnya maka dia akan mendapatkan posisi. Oleh karenanya ketika seseorang mendapatkan posisi tertentu, sulit ada yang cemburu karena mereka tahu betul bahwa itu adalah buah dari satu proses yang panjang," sambung dia.
Meski bukan berdarah Golkar atau tidak punya jejak rekam yang bisa dikapitalisasi menjadi previlese, namun kata Tantowi, ia berhasil mendapatkan sejumlah posisi yang mengkilat di DPR karena dianggap bekerja dengan baik.
Posisi tersebut di antaranya Wakil Ketua Komisi I dan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen.
Bahkan, kata dia, sebelum menjadi anggota Dewan pun ia sudah mendapatkan posisi yang cukup mengkilat di DPP di antaranya ketua dari beberapa kompartemen.
"Jadi ini mungkin yang menjadi karakter dari partai Golkar, yang membuat banyak teman artis saya ketika saya ajak gabung dengan Golkar itu mikir," kata Tantowi.
"Ya karena Golkar begini basisnya. Dia tidak lihat siapa kita. Tapi dalam bahasa Inggrisnya, if you were good, you can get it," sambung dia.
Dalam diskusi 'Mata Lokal Memilih' terkait keterlibatan para artis di partai politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 itu dihadirkan sejumlah publik figur.
Mulai dari Krisdayanti (anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan), Arzeti Bilbina (anggota DPR RI dari Fraksi PKB), Okky Asokawati (politikus Partai NasDem), Tantowi Yahya (politikus Partai Golkar), dan Dedi Miing Gumelar (politikus Partai Gelora).
Hadir pula Dr. Nugroho Setiawan, Mp EpANd, serta Founder - CEO IT Reasearch and Politic Consultant (Ipol Indonesia) Petrus Hartanto.
Baca juga: Krisdayanti: Politik Bukan Sesuatu untuk Mencapai Ambisi atau Kekuasaan Individual
Diskusi ini dipandu langsung oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra.
Acara ini juga didukung langsung oleh Ipol Indonesia dan Permodalan Nasional Madani (PNM).