News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Kritik Pengamat soal Wacana Koalisi Besar: Bukan Angin Segar, tapi Ancaman untuk Demokrasi

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Politik dan Direktur Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago saat memberikan kritiknya soal wacana pembentukan koalisi besar gabungan KIR-KIB dalam cara OVERVIEW Tribunnews.com, Kamis (7/4/2023).

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Politik dan Direktur Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago, memberikan kritiknya soal wacana pembentukan koalisi besar gabungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Menurutnya, koalisi besar realistis untuk diwujudkan, namun wacana tersebut bukan menjadi angin segar dalam dinamika politik menjelang Pilpres 2024.

Bahkan dengan bergabungnya KIB dan KIR menjadi ancaman dalam sistem demokrasi.

"Koalisi besar bukan angin segar buat saya, justru ancaman demokrasi. Ini kecenderungan ada arsitek, desain.

Seolah ada pengondisian dua blok saja. Super blok koalisi Pak Jokowi dengan koalisi Anies Baswedan-Surya Paloh. Ini yang saya khawatirkan," tegas Pangi dikutip dari kanal YouTube Tribunnews.com, Jumat (7/4/2023).

Pangi melanjutkan, adanya wacana pembentukan koalisi besar menunjukkan elit politik di negeri ini tidak belajar dari peristiwa masa lalu.

Baca juga: Politikus PAN Bicara Kemungkinan Pembentukan Koalisi Besar, Termasuk Bergabungnya PDIP

Di mana pada dua Pilpres 2014 dan 2019 sebelumnya hanya ada dua kubu yang bertarung.

Kubu-kubu tersebut, kata Pangi, menghalalkan segala cara demi mengantongi suara dari rakyat.

"Politik identitas dan isu agama digoreng, untuk membenturkan blok ideologis di masing-masing calon presiden," imbuh Pangi.

Pada akhirnya Pangi berharap, koalisi besar gabungan KIR-KIB tidak perlu diwujudkan.

Alasannya lantaran risiko besar di balik wacana tersebut yang merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Ini terlalu mahal, lebih baik tidak ada pemilu. Pemilu hanya 5 tahun, tapi membuat masyarakat terbelah dan sendi-sendi demokrasi rusak," imbuh Pangi.

Calon presiden lebih dari dua

Pangi kemudian membeberkan hasil survei Voxpol yang menyebut masyarakat ingin calon presiden lebih dari dua pilihan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini