Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana menilai koalisi besar yang digagas partai koalisi pemerintahan berpeluang untuk terwujud di Pemilu 2024 mendatang.
Meski begitu, Aditya menyebut bahwa dalam perjalanan pembentukan koalisi ini nantinya bakal banyak pergolakan yang perlu diselesaikan.
"Menurut saya Koalisi Besar dapat terwujud, namun hal itu tidak mudah di dalam koalisi karena ada banyak dinamika yang tentu harus diselesaikan," kata Aditya, dikutip Jumat (7/4/2023).
Dosen Ilmu Politik FISIP UI melihat bahwa semakin menguatnya keinginan dalam membentuk koalisi besar pencapresan yang menggabungkan antara Koalisi Indonesia Bersatu dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Baca juga: PDIP Tidak Khawatir Manuver Prabowo Ajak Parpol Gabung Koalisi Besar
Selain lantaran pertemuan di DPP Partai Amanat Nasional pada pekan lalu, hal itu juga tercermin dari beberapa partai kecil seperti Perindo berkeinginan merapat.
"PDIP juga membuka pintu untuk berkoalisi," tuturnya.
Menurut Aditya kebutuhan Koalisi Besar ingin dilakukan atas dasar berbagai pertimbangan.
Pertama ialah perlunya calon presiden dan wakil presiden yang dapat melanjutkan agenda pembangunan Jokowi di periode berikutnya.
Kemudian yang kedua, terdapat kebutuhan untuk dapat memenangkan pilpres dengan peluang besar yang ditopang dengan elektabilitas dari capres-cawapres yang tinggi.
"Sehingga, ada peluang agar pelaksanaan pilpres hanya dilakukan satu ronde saja. Argumennya tentu terkait dengan efisiensi anggaran pemilu," ucap Aditya.
Ketiga, faktor capres dan cawapres. Dia menyebut faktor capres dan cawapres dalam penentuan dan kepastian Koalisi Besar ini adalah penting.
Ia mengatakan tidak mudah mencocokkan figur capres dan cawapres dengan peluang keterpilihan yang baik berdasarkan hasil banyak survei yang ada.
Baca juga: Bertemu Gerindra Besok, PAN Sebut Ingin Samakan Frekuensi soal Koalisi Besar
"Misalkan, memposisikan Puan Maharani (Ketua DPP PDIP) sebagai capres yang disandingkan cawapres siapapun adalah tidak mudah untuk meningkatkan peluang kemenangan koalisi karena elektabilitas Puan relatif rendah," ucap Aditya.