Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional atau PAN, Viva Yoga Mauladi, merespons PDIP yang mengungkit lagi Pilpres 2014.
Saat itu PDIP berhadapan dengan kekuatan atau koalisi besar pendukung capres yang identik dengan kekuasaan.
Viva tak sepakat dengan PDIP yang menyamakan Pilpres tahun depan dengan Pilpres 9 tahun yang lalu.
"Setiap waktu dan peristiwa politik memiliki sejarah, aktor, dan konfigurasi politik yang berbeda. Politisi sebagai penulis sejarah politik tentu tergantung kepada individu masing-masing," kata Viva kepada wartawan, Selasa (15/8/2023).
Dia mengistilahkan Pilpres selama lima tahun sekali seperti sebuah tempat dan makhluk hidup yang mendiaminya.
"Lain ladang, lain belalang. Lain lubuk, lain ikannya. Lain waktu, lain aktor politiknya, Lain sejarah, lain hasilnya," sambung Viva.
Baca juga: Golkar dan PAN Dukung Prabowo Subianto, PPP: De Javu 2014 Saat Jokowi Dikeroyok Koalisi Besar
Viva melanjutkan bahwa lewat pendekatan determinisme sejarah, Pilpres 2014 tak dapat disamakan dengan Pilpres 2024.
Dia menegaskan bahwa PAN saat ini serius berjuang memenangkan bakal calon presidennya, Prabowo Subianto.
"Yang pasti, belajar dari sejarah kekalahan, itu adalah guru terbaik bagi tercapainya tujuan dan cita-cita. Kami sepenuh hati memenangkan Pak Prabowo agar terpilih di Pilpres 2024," pungkas Viva.
Sebelumnya, Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP, Ahmad Basarah mengungkit partainya pernah menghadapi capres dan cawapres yang didukung kekuasaan di Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Basarah saat menanggapi koalisi yang mendukung Ganjar Pranowo menjadi capres kini terbilang ramping.
Sebab PDIP hanya berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"2014 juga kami ramping, kami menghadapi capres-cawapres yang didukung oleh Presiden yang sedang berkuasa waktu itu," kata Basarah di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (14/8/2023).