"Pemimpin harus memberikan optimisme, data dan fakta boleh disajikan dan pemimpin bukan malaikat yang bisa menyelesaikan dengan seluruh kesempurnaan. Tidak ada itu," kata Ganjar.
Di sisi lain, Ganjar mengakui Indonesia memiliki banyak persoalan. Salah satunya masalah korupsi dan layanan publik yang buruk.
Ganjar kemudian menyampaikan bahwa bangsa ini juga mendapatkan bonus demografi.
Sebanyak 44 persen berada pada kelas menengah dan 68 persen tenaga produktif. Dan masalah saat ini adalah ekonomi dan lapangan pekerjaan.
“Produktif itu belum tentu bisa mendapatkan pekerjaan loh yaa. Ada yang bertanya, nanti lapangan pekerjaan, oke nggak,” kata Ganjar.
Di sisi lain, menurut Ganjar, negara yang memanfaatkan bonus demografinya dengan benar, telah merasakan keuntungannya.
Ia mencontohkan, pengalaman Korea Selatan, Jepang dan Tiongkok atau China.
“Kita, jawa sudah mengalami itu, sudah. Yang lain belum. Maka bagimana kita mengelola ini. Bonus demografi betul-betul meminta kita memeras otak,” kata Ganjar.
Masih dalam paparannya, Ganjar juga menyinggung warga Jakarta yang mengalami penyakit gangguan pernafasan atau ISPA karena lingkungan yang rusak seperti polusi udara.
Menurut Ganjar, kondisi itu terjadi lantaran salah satu aspek Demografi di Indonesia.
Dia menjelaskan mengurus Demografi di Indonesia itu merupakan bonus dari pelbagai persoalan yang tengah terjadi.
Dia mempertanyakan mengapa saat ini banyak warga Jakarta kembali menggunakan masker.
Kemudian, sejumlah peserta acara kuliah kebangsaan pun menjawabnya karena adanya polusi. "Karena polusi," teriak peserta Kuliah Kebangsaan.
Lebih lanjut, Ganjar Pranowo juga menyinggung mengenai posisi Indonesia pada lingkup internasional.