Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berbicara politik luar negeri bebas aktif yang dilakukan melalui lima isu utama terkait kepentingan nasional.
Pertama, kata dia, Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia.
Baca juga: Bicara Arah dan Strategi Politik Luar Negeri, Ganjar: Diplomat Punya Kekuatan Sangat Penting
Indonesia, menurutnya memiliki kemampuan dalam memproduksi pangan di samping Vietnam, Thailand, dan India di kawasan.
Ketika berbicara soal lumbung pangan dunia, maka perlu dipastikan pasokan pangan yang berkelanjutan dalam situasi konflik atau perang.
Dari sisi produksi menurutnya Indonesia memiliki potensi yang bagus berdasarkan hasil pembicaraannya dengan sejumlah peneliti, pelaku usaha, dan petani.
Produksi beras Indonesia saat ini menurutnya sudah lumayan, meskipun rata-rata masih sekitar 5,9 ton per hektar dan apabila produksi tersebut bisa ditingkatkan hingga 7 ton maka produksi tersebut sudah sangat luar biasa.
Baca juga: Ganjar Dorong Politik Luar Negeri Bebas Aktif: Kita Tidak Mau Bergantung Satu Negara
Namun demikian, menurutnya hal tersebut membutuhkan modernisasi, mekanisasi, dan intervensi dari pemerintah.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri yang digelar CSIS Indonesia pada Selasa (7/11/2023).
"Tidak bisa politik pangan ini diberikan kepada petani lalu mereka disuruh berjalan begitu saja, tidak bisa. Negara harus mengintervensi. Termasuk bagaimana pengelolaannya," kata Ganjar di kanal Youtube CSIS Indonesia pada Selasa (7/11/2023).
"Maka saya orang yang mendorong dalam konteks lumbung pangan dunia ini, Bulog mesti dikembalikan pada fungsi awal sehingga kebutuhan pokok itu negara harus menguasai, tidak bisa diliberalkan seperti ini. Dan itu biasanya petani kalah," sambung dia.
Ia pun menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan petani di daerah.
Baca juga: Cerita Ganjar Soal Anak Muda Alergi Partai Politik Tapi Tertarik Jadi Presiden
Ganjar mengatakan para petani tersebut bertanya kepadanya perihal biaya produksi yang mahal.
"Saya baru pulang tadi pagi dari Palembang, kemudian ke Jawa Barat, hari ini bisa ke sini. Dan saya bertemu dengan petani. Pak Ganjar, biaya produksi kami mahal, tapi kenapa pembeliannya sangat murah. Dan pada saat ini kami konsumen membeli beras dengan sangat mahal," kata dia.