Pasalnya, rakyat tahu Gibran dipilih semata-mata karena anak Presiden.
"Jadi drama-drama dan sinetron itu diakhiri saja, rakyat sudah muak dan itu tercermin dari hasil survei. Perasaan itu penting dalam politik sebab alam rasa itu merupakan sintesa dari nilai-nilai dan adab publik, jadi jangan dianggap remeh dan berpikir itu bisa ditukar dengan sembako," beber Deddy.
Deddy juga menyinggung adanya pihak yang menusuk dengan tajam dari belakang.
Namun, Deddy mengingat pesan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto agar seluruh kader PDIP bersikap tenang menanggapi berbagai tantangan politik menjelang Pemilu 2024.
Apalagi, dia menyebut partai berlambang banteng moncong putih itu sudah terbiasa mengadapi 'jurus tikam' tersebut.
"Kalau PDI Perjuangan, sudah biasa mengalami jurus tikam dari belakang seperti ini. Pesan Sekjen itu untuk menenangkan perasaan kader di akar rumput, bahwa DPP memahami perasan mereka," ungkap Deddy.
"Begitu Jokowi menjadi presiden, PDI Perjuangan sudah mewakafkan beliau untuk bangsa dan negara. Bahwa kemudian dia sudah merasa cukup mendapatkan manfaat dari Partai lalu melakukan semua yang dia dan keluarganya lakukan hari-hari ini, itu hak beliau. Biarlah rakyat yang menilainya," tutup Deddy.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa konstelasi politik Pilpres sekarang ini terlalu banyak dramanya. Hal itu disampaikan Presiden dalam acara HUT ke-59 Golkar di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (6/11/2023).
"Karena saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya. Terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya, sinetron yang kita lihat," kata Jokowi.
Seharusnya kata Presiden yang dikedepankan dalam kontestasi Pilpres adalah pertarungan gagasan bukan malah pertarungan perasaan.
"Mestinya kan pertaruangan gagasan, mestinya pertarungan ide-ide bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan, repot semua kita," kata Jokowi.
Namun Presiden tidak menjelaskan lebuh jauh mengenai drama korea seperti apa yang dimaksud atau pertarungan perasaan seperti apa yang terjadi.
Jokowi enggan melanjutkan pernyataannya tersebut karena khawatir melebar kemana-mana.
"Tidak usah saya teruskan karena nanti kemana-mana," kata Jokowi.