News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Pesan Sinta Nuriyah: Jangan Sampai Dinamika Pemilu Buat Masyarakat Lupa Krisis Kemanusiaan di Papua

Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sinta Nuriyah Wahid dalam Seruan Tokoh Bangsa Bagi Pemuda di Papua yang berlangsung di Kantor PGI, Jakarta, Kamis (8/9/11/2023).

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istri Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid berpesan supaya dinamika Pemilu 2024 tidak membuat masyarakat lupa dengan krisis kemanusiaan yang terjadi di tanah Papua. 

Hal ini ia ungkapkan dalam Seruan Tokoh Bangsa Bagi Pemuda di Papua yang berlangsung di Kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Kamis (8/9/11/2023).

Baca juga: Prabowo Bagikan Momen Silaturahmi dengan Sinta Nuriyah & Yenny Wahid: Pak Prabowo Pemersatu Bangsa

"Walaupun saat ini dinamika politik Pemilu 2024 menyita perhatian kita, namun kita tidak boleh mengenyampingkan krisis kemanusiaan yang terjadi di papua," ujar Sinta, Kamis. 

Ia menyoroti bencana kelaparan yang terjadi di Papua saat ini. Hal itu, tegasnya, merupakan pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia.

"Bahkan beberapa hari lalu kita mendengar kabar puluhan warga Papua meninggal, apa yang terjadi di Papua saat ini jadi pengingat bahwa ada pekerjaan rumah bagi bangsa kita yang belum selesai," tuturnya.

Baca juga: Sowan ke Sinta Nuriyah di Ciganjur, Ganjar: Menyambung Sanad Perjuangan Gus Dur

"Persoalan Papua sudah berlangsung sekian lama, namun apa yang kita lakukan belum menunjukkan kemajuan yang berarti," Sinta menambahkan. 

Lebih lanjut ia juga mengungkapkan pada era kepemimpinan Gus Dur, Papua merupakan isu yang menjadi perhatian besar.

Kala itu, Gus Dur memilih pendekatan dengan membangun perdamaian sejati dan berkelanjutan. 

Sinta menjelaskan Gus Dur menyadari persoalan di Papua tidak bisa dilakukan dengan pendekatan secara vertikal pun tindakan represif. 

"Gus Dur menyadari persoalan di Papua tidak bisa dilakukan dengan pendekatan atasan bawahan, apalagi pendekatan represif. Bagi Gus Dur persoalan Papua berakar pada martabat dan jati diri warga Papua sendiri," tuturnya.

"Karena itu Gus Dur mengembalikan nama Papua kepada mereka. Sejarah pun mencatat bahwa di masa tersebut, konflik berdarah dan pelanggaran HAM dapat diminimalisir," sambung Sinta. 

Belajar dari pendekatan Gus Dur tersebut, Sinta berharap langkah itu itu dapat diterapkan untuk mengupayakan pendekatan perdamaian di Papua berlandaskan keadilan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini