TRIBUNNEWS.COM - Kampanye Pilpres 2024 tengah berlangsung dan berbagai program telah diusung masing-masing calon presiden dan calon wakil presiden.
Termasuk program pendidikan yang disebut bisa memtusu rantai kemiskinan.
Pakar Ketenagakerjaan dari Universitas Gajah Mada, Tadjudin Nur Effendi mengatakan, untuk memutus rantai kemiskinan adalah lewat pendidikan.
“Kita bisa memutus mata rantai kemiskinan dengan pendidikan. Seandainya dalam satu keluarga pendidikan berubah, kehidupan mereka akan berubah. Ada kesempatan bekerja dan mendapat penghasilan, memutus mata rantai kemiskinan,” jelas Tadjudin.
Baca juga: Jelang Debat Capres, Prabowo Disebut Kuasai Tema Pertahanan, Anies Komunikasi ke Syaugi, Ganjar?
Ia menyebut, sejak tahun 90an pemerintah berupaya menyelaraskan antara pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
“Belakangan ini muncul keinginan untuk memberikan pendidikan vokasi, yang menekankan, situasi pasar kerja, keahlian harus diberikan pada pendidikan,” ungkap Tadjudin.
Namun tetap ada gap antara perkembangan teknologi dan dunia pendidikan.
“Semacam ada jarak antara dunia pendidikan dan teknologi, yang berkelindan langsung dengan lapangan pekerjaan.” imbuh Tadjudin.
Sektor pendidikan dan ketenagakerjaan saling berkelindan.
Dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan melek teknologi untuk menjawab tantangan hari ini.
Namun lapangan kerja yang tersedia juga terbatas.
“Dalam rangka Indonesia Emas, kita berhadapan dengan bonus demografi, penduduk usia produktif mencapai 70 persen, sedangkan lapangan pekerjaan berkembang sangat lambat,” papar Tadjudin.
Sebelumnya, Pasangan Calon 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memiliki program 1 Sarjana 1 Rumah.
Ganjar merasa semua daerah harus menjalankan program tersebut yang dikomandoi oleh pemerintah pusat. Pendataan akan dilakukan dengan rinci, penyusunan sistem canggih dan pelaksanaan dengan benar dan transparan.