"Saya optimistis keberadaan platform ini dapat mendorong Pemilu berjalan dengan jujur dan adil,” ujar dia.
Adapun potensi kecurangan dan pelanggaran Pemilu yang besar, Eddy menilai semua pasti berujung ke persoalan perolehan suara.
"Nah, ini yang selalu menimbulkan permasalahan yaitu salah satunya konflik horizontal antar pendukung,” kata dia.
Karenanya, lanjut dia, untuk meminimalisasi konflik, ia menyarankan masing-masing paslon ataupun pihak yang berkontestasi meminta pendukungnya agar tenang dan tidak anarkistis.
"Semua Paslon harus mengimbau pemilih dengan cara yang positif. Tidak sebaliknya melakukan black campaign atau menjelek-jelekkan paslon lain. Nah, apapun hasilnya, siapa pun Paslon yang menang, itu harus diterima dengan legowo,” ucap dia.
“Termasuk partai pengusungnya, ketua umumnya juga harus menyampaikan kepada masyarakat pendukungnya supaya jangan terlalu fanatik, jangan sampai terjadi kekerasan, dan nanti siapa pun yang menang harus legowo,” tandasnya.
Sekilas Tentang Jaga Pemilu
Jaga Pemilu merupakan sebuah gerakan masyarakat yang akan mengawasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 agar dapat terlaksana secara demokratis, jujur, adil, terbuka, dan partisipatif.
Tokoh-tokoh yang bergabung dalam gerakan ini adalah orang-orang yang terpilih karena nonpartisan, imparsial, dan independen. Mereka diantaranya:
1. Erry Riyana Hardjapamekas
Erry Riyana Hardjapamekas,adalah putra dari Rd. Mohammad Sobri Hardjapamekas, seorang tokoh pendidikan di Jawa Barat.
Erry merupakan korporat dan tokoh pemberantasan korupsi Indonesia.
Dia menjadi salah satu pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi pada masa kepemimpinan Taufiequrachman Ruki.
Dia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
2. Luky Djani
Luky Djani lahir di Makassar, 26 Juni 1971. Meraih gelar insinyur Teknik Geodesi dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1997, gelar master bidang Public Policy dari National University of Singapore (2002), dan dengan Australian Leadership Award dari AusAID, ia menempuh kuliah doktoral di Asia Research Center, Murdoch University, Australia, sejak 2008 hingga 2011.
Dia bergabung dengan Forum Rektor Indonesia dalam program pemantauan Pemilu 1999 dan pemantauan jajak-pendapat di Timor Leste (Agustus-Desember 1999).
Pada tahun 2000 hingga 2006, bergabung di Indonesia Corruption Watch (ICW) dan sebagai Koordinator Nasional Program Penguatan Partisipasi Civil Society di tingkat lokal (April 2004-Mei 2006) terlibat aktif dalam kegiatan kampanye publik, penguatan jaringan dan pelatihan serta penelitian terkait isu korupsi.