Rumput laut merah, kata Heeres, merupakan biomassa generasi ketiga atau biomassa yang bukan bahan pangan.
Organisme tersebut mampu tumbuh di berbagai lingkungan, termasuk air tawar, air asin, dan air limbah perkotaan.
Pertumbuhan rumput laut merah relatif cepat dan dapat dipanen dalam waktu enam pekan dan kandungan karbohidratnya pun tinggi mencapai 84 persen.
Selain itu, tidak ada kandungan lignin pada rumput laut merah sehingga membuatnya mudah diuraikan.
“Rumput laut merah mengandung senyawa carrageenan dan agarose,” ujarnya.
Kedua senyawa tersebut memegang peran penting dalam industri pangan dan farmasi.
Carrageenan sebagai gelling agent, stabilizer, dan thickener, digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Hilirisasi Tak Cuma Komoditas Pertambangan, Sawit hingga Rumput Laut Ikut Digenjot
Sementara itu, agarose yang memiliki kemampuan membentuk gel banyak digunakan dalam teknik pemisahan biomolekul seperti elektroforesis.
Dalam hal ini, konsep yang diusung oleh Heeres adalah mengubah biomassa, khususnya rumput laut merah, menjadi bahan kimia berbasis bio.
Melalui pendekatan model kinetik galaktosa (GAL) dan 3,6-anhidro-D-galaktosa (D-AHG), rumput laut merah dapat diolah menjadi senyawa kimia esensial seperti 5-Hidroksimetilfurfural (HMF) dan asam levulinat (LA).
Kedua senyawa ini memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk plastik, bahan bakar, atau pelarut.
Dari hal tersebut, bisa membuktikan bahwa biomassa dapat menjadi pendorong utama dalam produksi bahan kimia berkelanjutan.
Heeres menekankan, bahwa kunci utama memaksimalkan potensi konversi biomassa ini adalah dengan menentukan model kinetik yang tepat dan merancang reaktor yang optimal.
Yakni dengan menggali pengetahuan lebih dalam terkait kinetika reaksi dan kondisi operasional reaktor, harapannya yield produk dapat meningkat.
Menurut Heeres, rumput laut merah yang diubah menjadi bahan kimia berbasis bio dapat mendukung pengembangan sumber daya terbarukan.
Selain itu, juga bisa mengurangi jejak industri kimia di lingkungan.
(Tribunnews.com/Rifqah)