News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Putusan MK soal Ambang Batas Parlemen Baru Berlaku Pemilu 2029, Partai Ummat: Kental Nuansa Politis

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Umum Partai Ummat, Buni Yani.

TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Partai Ummat, Buni Yani menilai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perubahan ambang batas parlemen atau parliamantery treshold yang tidak lagi minimal empat persen kental dengan nuansa politis.

Adapun pernyataan ini terkait putusan tersebut baru dapat berlaku pada Pemilu 2029.

Yani menganggap putusan MK ini juga dinilai memperlihatkan rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi)yang zalim.

"Pengumuman penghapusan yang dilakukan setelah pencoblosan serta baru bisa diberlakukan pada Pemilu 2029 sangat kental bernuansa politis dan kepentingan kelompok tertentu."

"Mengapa tidak diproses jauh-jauh hari sehingga bisa diberlakukan pada Pemilu 2024? Itu pertanyaannya. Ini mengingatkan kita semua bagaiman zalimnya rezim ini mengacak-acak UU Pemilu dan MK sehingga Gibran yang kualitasnya di bawah standar bisa jadi cawapres," kata Yani dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (2/3/2024).

Yani menganggap putusan MK ini menimbulkan kecurigaan publik bahwa perubahan parliamentary treshold demi memuluskan partai politik (parpol) yang dekat dengan Jokowi.

Namun, dia tidak menjelaskan parpol yang dimaksud dekat dengan Jokowi tersebut.

"Oleh karena hal ini, maka kecurigaan publik bahwa ambang batas parlemen dihapuskan untuk memuluskan partai tertentu yang dekat dengan Jokowi menjadi pubya dasar."

"Karena kalau tetap ada ambang batas parlemen, maka kemungkinan besar partai tersebut tidak akan pernah bisa masuk Senayan karena tidak memiliki cukup pemilih," kata Yani.

Baca juga: Perludem Usulkan Pakai Rumus Model Taagepera usai Putusan MK soal Parliamentary Threshold, Apa Itu?

Lebih lanjut, Yani pun mendesak agar MK tidak menjadi lembaga yang berdiri lantaran kepentingan politik tertentu.

"Namun, murni berpikir agar membawa bangsa secara keseluruhan ke arah yang lebih baik," ujarnya.

Sebelumnya, MK memutuskan besaran parliamentary threshold suara sah nasonal diubah melalui sidang uji materil UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Kamis (29/2/2024).

Putusan ini adalah wujud dikabulkannya gugatan oleh Perludem terkait ambang batas empat persen yang tertuang dalam UU Pemilu.

Kendati demikian, Ketua MK, Suhartoyo mengatakan bahwa putusan ini baru berlaku pada Pemilu 2029 dan seterusnya dan bukannya pada Pemilu 2024 saat ini.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini