"Iya memang saya caleg, memang iya saya gagal, mungkin Allah belum restui dan meridhoi saya untuk mewakili masyarakat yang seutuhnya," ungkapnya.
Namun demikian, diakui Madasik, dirinya merasa tidak seperti caleg lain yang melakukan dugaan politik uang untuk membeli suara rakyat.
Menurut dia, dengan memberikan bantuan penyaluran air yang selama ini dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Hal itu bisa dinilai oleh masyarakat, untuk bisa memilihnya pada Pemilu 2024.
Namun sayangnya, pada saat Pemilu dilaksanakan, warga menerima serangan fajar dari calon lain dan lebih memilih calon lain ketimbang dirinya.
"Kurang lebih 4 tahun saya bantu air bersihnya, bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana ph-nya 7 itu luar biasa bahkan masyarakat cisuru pun sendiri bisa mengkonsumsi air bersih termasuk saya dari sini," ungkapnya.
Meskipun dirinya membenarkan bahwa warga dibebankan biaya sekitar Rp 10 ribu per kubik.
Namun uang tersebut, kata dia, hanya diterima dirinya pribadi sebesar Rp 5 ribu.
Sedangkan Rp 5 ribunya, dikelola untuk warga setempat baik itu untuk perawatan mesin, beban listrik dan lain sebagainya.
Ternyata, biaya tersebut masih belum cukup untuk menutupi biaya listrik sehingga harus menggunakan uang pribadi untuk menutupinya.
"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai 2,5 juta setiap bulannya dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ungkapnya.
Sebagai gantinya, pada saat Pemilu 2024 kemarin, Madasik berharap agar warga setempat bisa memilihnya.
Menurut dia, wajar baginya berharap besar kepada masyarakat setempat untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.
Dari jumlah sebanyak 140 warga yang masuk DPT, dirinya mengakui telah meminta sebanyak 100 suara.