Pasalnya penyelenggara pemilu tingkat kecamatan diduga melakukan penggelembungan suara terhada salah satu calon kandidat DPD tertentu dengan cara mengurangi pelerolehan suara dari calon lain.
Sosok Azhari Cage
Cage mengaku bergabung dengan GAM pada 1998.
Pria kelahiran Panton, Nisam, Aceh Utara, pada 1976 ini pernah menjadi petugas penghubung, komandan peleton, serta dipercaya menjadi komandan operasi GAM.
Dia juga pernah menjadi 'komandan bom’ karena sering ditugasi melakukan peledakan bom.
Begitu perjanjian damai MoU Helsinki ditandatangani tahun 2005, Cage memutuskan terjun ke dunia politik.
Cage dikenal sebagai sosok politisi Aceh yang tegas, tanpa sungkan berbicara pedas, termasuk kepada lawan politik dan pemerintah pusat.
Dia dikenal vokal dan kritis terutama terkait isu-isu kewenangan Aceh, termasuk salah satunya soal bendera dan lambang Aceh.
Dia ikut dalam Pemilu 2009 dan terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara.
Cage maju melalui Partai Aceh (PA), partai lokal yang didirikan oleh para tokoh mantan GAM.
Lantas Cage pun terjun dalam kontestasi Pemilu 2014, maju ke level provinsi sebagai anggota DPRA dan kembali terpilih.
Namun langkahnya untuk terus naik level ke tingkat nasional (DPR RI) terhenti dalam Pemilu 2019 kemarin.
Dirinya pun sempat diamanahi olej Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA), Muzakir Manaf sebagai Juru Bicara KPA.
Sebagian artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Perjuangan Azhari Cage Dapat Kursi DPD Aceh, 'Lungkop Meja' hingga KIP Pidie Hitung Ulang Suara
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (SerambiNews.com/Sara Masroni/ Yocerizal) (Kompas TV Aceh)