News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Komentar Kaesang soal PSI Gagal Lolos ke DPR meski Sudah Bawa Nama Jokowi

Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto Presiden Jokowi dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. Terkini, Kaesang buka suara soal gagalnya PSI melaju ke DPR RI meski kerap membawa nama Jokowi.

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, buka suara seusai partainya gagal lolos ke DPR RI.

PSI gagal melangkah ke Senayan karena tidak mampu melewati ambang batas parlemen atau Parliamentary threshold 4 persen.

Sebagai informasi, PSI hanya meraih 2,8 persen atau 4.260.169 suara dalam Pemilu 2024.

Meski kerap menjual nama Presiden Joko Widodo (Jokowi), PSI nyatanya harus menelan kekecewaan.

Saat dikonfirmasi awak media, Kaesang tak memberi jawaban yang jelas terkait rencana PSI mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Masalah gugatan ya nanti kita lihat dulu, tapi ya masa mau gugat 200 ribu suara tuh dari mana? Semua kan ada saksinya," ujar Kaesang di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).

Putra bungsu Jokowi itu mengatakan pelaksanaan Pemilu 2024 sudah berjalan cukup baik, meski ada beberapa kesalahan dalam Sirekap.

Ia berujar kesalahan-kesalahan tersebut wajar terjadi.

"Memang di sirekap beberapa ada yang salah itu kan manusiawi ya saya rasa enggak masalah," ujarnya.

Kaesang mengaku telah legawa menerima hasil Pemilu 2024.

Ketika disinggung rencana PPP mengajukan gugatan ke MK, Kaesang memilih menghargainya.

Baca juga: PSI Tak Lolos Parlemen meski Habiskan Dana Kampanye Rp80 M, Kaesang: Nggak Masalah

Menurutnya, setiap partai politik memiliki hak untuk mengajukan gugatan ke MK.

"Itu kan hak mereka juga. Kalau kita santai aja ya dilihat dulu saja. Legawa banget saya," lanjutnya.

Kendati legawa, Kaesang mengatakan evaluasi pasca pemilu pasti dilakukan PSI.

Ia berujar, evaluasi tersebut dilakukan agar PSI lebih siap untuk Pemilu lima tahun berikutnya.

"Supaya kami bisa menjadi partai yang jago, lebih baik, supaya nanti di 2029 kita juga bisa, apa namanya, bisa lebih baik dari hari ini," ungkapnya.

"Bagaimanapun kan masih ada kursi di beberapa provinsi dan kabupaten, kota yang apa namanya, meningkat cukup pesat, mungkin sekitar 200, 200-an persen."

Setelah gagal di Pemilu 2024, PSI selanjutnya akan fokus memenangkan Pilkada di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Kami akan fokus untuk memenangkan pilkada yang mungkin kalau kita bisa lihat, kalau kursinya banyak itu ada di NTT Kita ada 6 kursi di provinsi. Jakarta tentunya kita ada 8, di Solo, Semarang kita punya 5 kursi kalau engga salah, terus mana tadi, Surabaya kita juga ada 5," tandasnya.

Sebagai informasi, ada sepuluh partai yang dinyatakan gagal lolos ke Senayan.

Baca juga: Jadi Caleg PSI dengan Suara Terbanyak, Grace Natalie Disingung soal Potensi Maju Pilgub Jakarta

Partai-partai tersebut adalah Partai Buruh, Partai Gelora, PKN, Partai Hanura, Partai Garuda, PBB, PSI, Partai Perindo, PPP, dan Partai Ummat.

Dari sepuluh partai, hanya PPP yang menyatakan akan mengajukan gugatan ke MK terkait hasil Pemilu 2024.

Sejak 1997 silam, ini adalah kali pertama PPP gagal menempatkan wakilnya di kursi DPR RI.

Jokowi Effect Tak Pengaruhi Suara PSI?

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno menilai ada beberapa faktor yang membuat suara PSI masih rendah meski sudah mengidentikkan diri dengan Jokowi.

Menurutnya, minimnya figur kunci menghambat suara PSI pada Pemilu 2024.

"Partai politik kita kan menitikberatkan pada figur politik kunci, misalnya PDI-P ada faktor Megawati, Soekarno, ada faktor Jokowi juga," kata Adi.

"Kalau melihat Gerindra pasti ada faktor Prabowo. Kalau melihat Partai Demokrat, ada faktor Pak SBY di PSI, belum ada figur yang bisa menjadi magnet," sambungnya.

Ia menyebut, kehadiran Kaesang tidak cukup mendongkrak popularitas PSI.

Sebab, popularitas Kaesang di dunia politik tidak setinggi sang kakak, Gibran Rakabuming Raka.

Faktor lainnya, menurut Adi adalah identifikasi PSI dengan Jokowi terlambat dilakukan.

Baca juga: 10 Partai Tak Lolos ke Senayan, Hasil Rekapitulasi KPU: Petahana PPP, Hanura, hingga PSI

Ia menilai, PSI hanya memiliki waktu tiga bulan setelah mengidentikkan diri dengan Jokowi.

"Jadi, masyarakat yang merasa kenal dan merasa puas dengan Jokowi, terlambat untuk mengetahui sebenarnya PSI itu bagian Jokowi," ujarnya.

Apalagi, PSI sebagai partai baru belum memiliki jejaring dan mesin politik yang terdistribusi secara merata.

Menurutnya, mesin politik PSI hanya ada di perkotaan dan nyaris tidak ada di pedesaan.

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Milani Resti Dilanggi/Malyvandie Haryadi/Reza Deni)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini