"Untuk itulah saya sedang mempertimbangkan, memikirkan dengan mendalam, sekiranya Bapak Djarot Syaiful Hidayat, saya tetapkan dulu sebagai bakal calon gubernur untuk Sumatera Utara," kata Megawati di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Ia menyebutkan, PDIP mengusung Djarot karena ia dinilai sebagai sosok yang dikenalnya dengan baik sebagai mantan Wali Kota Blitar, Wakil Gubernur DKI Jakarta, dan Gubernur DKI Jakarta.
Megawati yakin, Djarot bisa diterima oleh masyarakat Sumatera Utara yang berkarakter terbuka.
Apalagi, Djarot dinilai memiliki rekam jejak yang bersih selama memimpin dan menjadi anti-tesis gubernur Sumatera Utara sebelumnya yang kerap tersandung masalah hukum.
Djarot kalah selisih 15 persen
Selisih 15,16 persen, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) keok di kancah Pilkada Sumatera Utara.
Persentase tersebut berdasarkan hasil rekapitulasi dari 33 kabupaten dan kota di Sumut.
Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas), dinyatakan menang dengan 3.291.137 suara atau 57,58 persen.
Kemenangan ini didulang dari 17 kabupaten.
Sedangkan Djoss, memeroleh 2.424.960 suara atau 42,42 persen yang berasal dari 16 kabupaten dan kota.
Eramas memeroleh suara paling banyak di Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, dan Kabupaten Langkat. Sedangkan rivalnya merajai suara dari Kabupaten Tapanuli Utara, Karo, dan Dairi.
Di Kota Medan, Eramas gilang gemilang di 21 kecamatan, Djoss cukup bertengger di empat kecamatan sisa.
Artinya, Eramas memeroleh 551.641, sedangkan Djoss 357.377 dari 909.018 jumlah suara yang dinyatakan sah. Suara tidak sah dinyatakan sebanyak 7.091.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan Herdensi Adnin mengatakan, tingkat partisipasi pemilih Kota Medan mengalami peningkatan.
Pada Pilkada Sumut 2013, tingkat partisipasi hanya 36,58 persen, naik di 2008 menjadi 47,10 persen, lalu kembali naik di 2018 dengan 58,38 persen.
"Baru kali ini tingkat partisipasi masyarakat Medan di atas 50 persen," kata Herdensi, Senin (9/7/2018). (*)