Namun jika memang tidak ada kecocokan maka tidak harus dipaksakan
"Itu yang mesti diobrolkan dan mudah-mudahan ya bisa bernegosiasi. Tetapi seandainya tidak cocok, menurut saya tidak harus dipaksakan," ujarnya.
Seperti diketahui, PDIP DKJ mengusulkan 10 nama bakal calon gubernur Jakarta ke DPP PDIP termasuk nama Anies Baswedan.
Namun siapa yang akan diusulkan PDIP maju di Pilkada Jakarta menunggu keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Kalau rekomendasi ya tentu wilayahnya ibu (Megawati). Ini kelihatannya kan pertanyaan selalu jawabnya gitu, tetapi memang faktanya itu, kalau kita mau tempur pilkada itu kan desainnya menang," kata Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDIP Utut Adianto di gedung DPR, Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Cuma Gimmick Politik?
Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai wacana PDI Perjuangan (PDIP) mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta hanya sebatas gimmick politik.
"Itu gimmick. PDIP hanya mencoba reaksi masyarakat, khususnya pemilih Anies, apakah masih melihat PDIP sebagai 'lawan' atau sekarang biasa saja," kata Ray kepada Tribunnews.com, Kamis (13/6/2024).
Menurut Ray, setidaknya PDIP sudah mulai melihat reaksi warga Jakarta, khususnya pemilih Anies, biasa saja terhadap wacana tersebut.
"Artinya, PDIP mulai bisa diterima oleh khususnya pemilih Anies," ungkapnya.
Dia menjelaskan PDIP tidak punya tradisi mendukung kader atau tokoh non PDIP jika mereka dominan dalam suatu daerah.
"Di DKJ (Daerah Khusus Jakarta) mereka pemenang kedua. Sangat potensial untuk mengajukan sendiri kader mereka," ucap Ray.
Karenanya, Ray berpendapat bahwa sulit membayangkan jika PDIP hanya jadi pendukung tanpa mendapatkan porsi minimal cawagub.
"Dan PDIP memiliki banyak kader yang dapat didorong maju ke pilkada DKJ. PDIP tak akan kehabisan kader," ujarnya.
Namun dia menuturkan, Anies dan PDIP dapat diindentifikasi sebagai barisan yang sama untuk melawan dominasi keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi).