Namun, dirinya mempertegas pertanyaan dari awak media soal isu Partai NasDem akan bergabung dan melepas dukungan untuk Anies Baswedan.
"Bahkan bisa dikaitkan dengan pertanyaan ini tadi. Nah itu kan dibilangin tadi (NasDem, kalian) jawab sendiri. Kita masih menunggu," katanya.
Pengamat sebut karena elektabilitas Anies belum 50 persen
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, dirinya tak kaget jika Partai NasDem batal mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta.
Sebab, hasil survei terkait elektabilitas Anies di Pilkada Jakarta tidak menyentuh angka 50 persen.
"Per hari ini enggak kaget jika partai politik akhirnya turun naik ke Mas Anies, karena surveinya juga enggak sampai 50 persen, jadi pasti parpol pun menimbang-nimbang," kata Hensat, sapaan akrabnya para Jumat (2/7/2024).
Hensat menduga, NasDem, PKS, dan PKB menyadari Anies sudah merupakan tokoh nasional, sehingga tak pantas untuk diusung di level daerah.
Dia menilai, situasi Anies saat ini tidak ideal. Sebab, keputusan satu parpol untuk mendukung Anies saat ini juga berpengaruh untuk dinamika politik di tahun 2029.
Karenanya, Hensat menyebut bahwa Anies saat ini akan ideal untuk maju Pilkada Jakarta jika diusung dari Koalisi Indonesia Maju.
"Namun itu hanya bisa terjadi jika Anies memiliki perjanjian tertentu dengan KIM, karena saya tak menemukan alasan mengapa Prabowo dan Jokowi mempersilakan Anies maju sebab ini semua untuk 2029 kan," ujarnya.
Hensat berpandangan, harapan Anies untuk tetap maju Pilkada Jakarta berada pada tangan PDIP dan PKS.
Namun, kata dia, menyatukan dua parpol tersebut juga sulit karena perdebatan siapa sosok yang akan mendampingi Anies.
Di sisi lain, Hensat menuturkan bahwa Pilkada Jakarta 2024 bisa jadi tanpa Anies Baswedan.
"Saya melihat kabar Ridwan Kamil juga menguat untuk diusung di Jakarta, makanya saya katakan bisa jadi Pilkada Jakarta enggak ada Anies-nya, sehingga dari parpol juga lebih nyaman untuk bertarung di Jakarta," ucapnya. (*)