News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Rano Karno Bicara soal Banjir, Persija hingga Program Kerja: Jakarta nggak Perlu Janji-janji Bohong

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno berpose usai melakukan sesi wawancara khusus dengan Tribun Network di kawasan Cinere, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2024). Pada kesempatan tersebut Bang Doel sapaan akrab Rano Karno siap membangun Jakarta berkesinambungan bukan terpisah dengan pembangunan sebelumnya jika terpilih nanti bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung. Tribunnews/Jeprima

Jadi waktu tahun 2000 dia berdiri sebagai provinsi, ini tidak terdesain dengan baik. Bayangin orang yang tinggal di BSD Alam Sutera semua kan (pelat) mobilnya B, Bukan A.

Berapa banyak potensi pajak hilang. Jadi artinya harus setiap daerah bekerja sama dengan pusat. Tentu pusat juga akan mempunyai skala prioritas.

Jadi walaupun warnanya beda nggak apa-apa ya?

Oh nggak apa-apa. Saya yakin juga Pak Prabowo sebagai presiden paham. Apalagi, maaf, misalnya Jakarta-Banten. Banten itu di Pulau Jawa selain yang ke arah timur, Banten itu bisa didevelop.

Pandeglang, Lebak ini masih wilayah terbuka. Saya bahkan pernah ngomong sama Pak Jokowi. Pak maaf, nuwun sewu, 2003 Ibu telah melakukan peletakan batu pertama pembuatan pelabuhan Bojonegoro.

Bayangin, tol Serang macet setiap hari. 80% industri Banten dibawa ke Tanjung Priok. Kenapa nggak bikin pelabuhan. Dan Ibu Mega telah melakukan groundbreaking 2003 di Bojonegoro.

Wah iya, waktu itu kita masih fokus di Patimban. Belumlah terbangun. Bayangin 80%. Wong yang namanya Krakatau Steel untung mereka punya pelabuhan sendiri.

Coba kalau harus dari Krakatau Steel bawa ke Tanjung Priok. Bagaimana coba ngirim jembatan ke Papua? Kan itu bikinnya di situ.

Besinya dari Krakatau Steel bikinnya di Jawa Timur Surabaya.

Bawa baru ke Papua, yang jembatan merah (Holtekamp) itu kan. Itulah yang terjadi.

Semua pemerintah daerah harus harmonis dengan pemerintah pusat. Dan pemerintah pusat juga harus memberikan kontribusinya.

Karena nggak mungkin, apapun, termasuk DKI. Apabila besok di saat DKI di saat tidak jadi ibukota pasti akan ada penurunan PAD.

Bang, ini klasik, semua gubernur pasti mengalami. Banjir Bang. Kalau Abang enaknya diapain banjir air ini?

Itu juga jadi aneh sebetulnya. Begini lah. Itulah kenapa, kami itu PDI Perjuangan selalu mengusulkan kembali kepada GBHN. Atau perencanaan pembangunan semesta.

Artinya, siapapun pimpinan ini harus terdesain. Nggak mungkin dalam waktu 5 tahun siapapun gubernurnya bisa menyelesaikan. Nggak mungkin.

No. Udahlah nggak usah janji-janji begitu. Capek orang Betawi. Capek. Kita paham. Sekarang oke, kita mikirin misalnya. Jalan. Mana dulu prioritas utama, mau dari pinggir atau dari tengah? Dari tengah artinya maaf dari Jakarta Pusat baru ke pinggir.

Problematik banjir ada di mana? Ada di bawah misalnya. Ini dulu skala prioritas. Ya misalnya tiba-tiba Istana banjir kan aneh. Berarti kan ada sesuatu yang salah. Bukan berarti ada sesuatu yang salah.

Bukan berarti Istana nggak boleh banjir, kalau memang hujannya besar dan nggak bisa nampung, mau nggak mau kan?

Ya waktu zaman Pak SBY kan terpaksa dibuka?

Betul, tapi kan artinya itu bisa terdeteksi. Ini pakar-pakar alam, oseanografi, segala macam. Sekarang Jakarta Utara sana sudah mulai penurunan 10 cm.

Makanya ada wacana The Great Water Wall (Giant Sea Wall). Tapi itu adalah program nasional, bukan program Jakarta. Jakarta mikirin betulin got aja deh. Drainase.

Salah satu, maaf, yang saya tahu pengertian dari jauh, karena saya belum masuk, semua drainase di Jakarta ini semua drainase lama.

Bahkan mungkin pernah denger, digali lah jalan di Kota Tua sana, masih ada trem di bawahnya. Itu realita kan? Berarti kan harus kita ubah semuanya. Drainasenya kecil-kecil.

Kalau kita ke Prancis, buset, truck aja bisa masuk. Bisa bikin film di dalem got gede begitu. Sampai begitu. Artinya apa? Perencanaan itu mesti panjang. Nggak bisa begini.

Di saat ini pembangunan, pasti harus ada yang dikorbankan. Orang bilang pembongkaran, penggusuran. Pasti. Kalau nggak begitu, saya nggak mau. Masa' sih mau begini terus?

Saya minta maaf 63 tahun saya gede di Jakarta. Saya lahir tahun 60, sebujek-bujek banget Betawi bilang, saya gede di sini.

Paham saya walaupun saya nggak tahu. Paham itu melihat dari luar, tahu itu kalau udah masuk ke dalam. Baru kita tahu apa sih masalahnya. Kita lihat kemarin Manggarai kebakaran.

Bagaimana nggak mau kebakaran kalau jalanan rumah cuma 1 meter? Bagaimana pemadam mau masuk? Bagaimana mobil mau evakuasi? Bagaimana sumber air nggak ada? Pertanyaannya apa mau begini melulu? Saya nggak mau. Mau populer mau nggak, saya harus kerjain sesuatu.

Bang Dul, orang ingin tahu konsepnya Bang Dul soal Persija dan The Jakmania. Persija. Calon lain sudah janjiin, kalau nanti menang Persija mau main di lapangan nggak bayar. Gratis pakai JIS. Abang bagaimana?

Inti pertama saya selalu jawab, saya ingin sekali olahraga adalah sport. Ukuran pertama sportivitas. Artinya saya tidak ingin ada benturan antara Jakmania dengan Bobotoh.

Biarkan saja dia menjadi olahraga. Persaingan pasti ada. Nggak mungkin olahraga tidak ada menang tidak ada kalah, seri ada. Tapi kalau seri berarti kita kalah.

Artinya, saya ditanya, Bang bagaimana kalau Abang jadi JIS gratis? Nggak mungkin. Mana mungkin JIS bisa gratis? Ya kalau gratis operasionalnya bagaimana? Bayar listrik bagaimana? Rumput yang mau ngurus siapa?

APBD?

Nggak sanggup. APBD itu kalau dihitung mungkin, maaf saya denger, saya baru denger, sewa JIS katanya Rp 1 miliar. Kompetisi cuma ada 25 kali. Kalau dihitung Rp 1 miliar kali 25 cuma Rp 25 miliar setahun. Apa mungkin JIS bisa? Nggak keburu kan?

Artinya harus ada cara lain. Maaf kalau saya ditanya, makanya yang saya tahu, misalnya kita lihat Liga Inggris. Kalau kamu ambil paket ini harganya sekian, kalau kamu ambil cuma setengah kompetisi harganya sekian.

Pemda bisa memberikan keringanan. Apa? Pajak misalnya. Bisa. Sewa bisa nggak dikurangi? Bisa. Tapi digratisin nggak mungkin.

Artinya nggak usah janji yang nggak bisa dijalani?

Nggak perlu lah, malah saya ingin Jakmania itu lebih effortnya daripada hanya sekadar penggemar sepak bola. Bayangin Allianz (Arena) di Jerman. Stadion, di situ ada bisnis area, semua konten UMKM-nya Jerman, sekarang bisa anak-anak Jakmania mensupply. Kita punya store segala macem. Bisa.

Itu yang paling realistis?

Realistis. Udahlah Jakarta ini nggak perlu janji-janji bohong. Nggak salah kalau nyoblos kite deh. Hahaha. (tribun network/git/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini