Terdapat juga frame bekas cermin berukuran sekitar 40 x 70 cm yang ditumpuk di atas kursi berdebu itu.
Di sampingnya terlihat pacul yang digeletakkan begitu saja. Ada juga beberapa potongan kayu dan galon bekas air minum 20 liter. Terlihat juga kabel hitam menggelantung ke tembok.
Kemungkinan besar handphone untuk merekam aksi bunuh diri itu ditempatkan di tumpukan kursi dan papan kayu yang banyak celah untuk menyelipkan handphone.
Tak ada plafon atau langit-langit di rumah itu, sehingga ketika menatap ke atas langsung terlihat genting.
Balok kayu kuda-kuda berwarna hitam juga terlihat jelas. Di balok kayu tersebut juga terdapat viting lampu listrik yang dibiarkan kosong.
Di balok kayu kuda-kuda itulah Pahinggar Indrawan memasang tali tambang berwarna biru untuk gantung diri hingga tewas.
Sementara itu, di bagian bawah balok kayu kuda-kuda, terdapat tumpukan puing yang menggunduk dengan dibatasi batako.
Informasi yang dihimpun Tribunnews, di atas puing menggunduk itulah Pahinggar berdiri menggantung hingga tewas.
Menurut Siddiq, posisi gantung diri Indra tidak terlalu tinggi. Kemungkinan ia hanya berdiri di atas tumpukan puing itu.
"Gantung dirinya di sini. Tempatnya nggak tinggi, almarhum juga kakinya tertekuk," ungkap Sidiq.
"Jadi kalau berdiri tegak, sebetulnya talinya nggak sampai mencekik leher. Pendek lah talinya," tambah Siddiq.
Sebelum gantung diri, Siddiq menceriterakan bahwa Pahinggar sempat bertengkar dengan istrinya.
"Indra sama istrinya sempat ribut. Lari ke rumah Pak RT, mungkin Indra minta tolong karena istrinya enggak bisa didiemin," ujar Eti, salah satu tetangga.
Keributan tersebut terjadi hingga ke jalan dan ditonton oleh warga. Bahkan Indra sempat menceritakan ke RT bahwa istrinya sempat ingin membakar bantal.