Yus Datuk Pratapia sendiri mengaku terkejut atas penghargaan yang diterimanya ini. Dia merasa karya-karya yang dilahirkannya belumlah seberapa.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Universitas Budi Luhur yang memberikan penghargaan ini. Selama ini karya-karya seni saya, baik berupa kaset maupun puisi tentang Minang belum seberapa. Saya memang konsisten membuat karya-karya tersebut sejak tahun 1980-an sampai sekarang," ungkap Datuk Pratapia.
Festival Minang malam itu makin meriah lagi dengan hadirnya perwakilan dari pemerintah daerah di Sumatera Barat. Diantaranya dari perwakilan Kabupaten Agam serta Pemprov Sumatera Barat.
"Kita mengapresiasi pemberian penghargaan oleh Universitas Budi Luhur ini. Alhamdulillah Universitas Budi Luhur mengangkat sosok beliau. Kita harapkan ke depan ada kerjasama Universitas Budi Luhur dengan Pemprov Sumatera Barat," ungkap Luhur Budianda, Kepala biro Kerjasama, Pembangunan dan Rantau Pemprov Sumatera Barat.
Kasih Hanggoro, Ketua Yayasan Budi Luhur Cakti berharap bisa menggelar festival budaya Nusantara ini setiap tahunnya, dengan menampilkan daerah berbeda di setiap event yang digelar.
"Khusus untuk penghargaan yang kita berikan untuk seniman Minang ini kita dasarkan pada kriteria tertentu. Kita pilih karya yang terbesar di lingkungannya. Tidak harus berskala nationwide tapi memberi dampak positif pada masyarakat," ungkap Kasih Hanggoro.
Dia menambahkan, kandidat masuk saat seleksi ada 12 nama dan kemudian mengerucut pada satu nama. "Kita berusaha selalu menggali orang dengan karya besar. Universitas Budi Luhur kebetulan memiliki program CSR cukup banyak di sana. Lewat kegiatan ini kita ingin lebih dekat lagi dengan warga Minang," imbuhnya.
"Indonesia ini sangat kaya budaya. Jangan sampai kekayaan ini diambil bangsa lain. Semua budaya yang ada di nusantara harus kita jaga dan kita lestarikan. Kegiatan ini menjadi salah satu upaya Universitas Budi Luhur menjaga dan melestarikan budaya Nusantara," ujar Kasih Hanggoro.