TRIBUNNEWS.COM - Mamat Sahroni, seorang Warga Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, menolak pengadaan peralatan peringatan banjir yang di antaranya berupa toa yang membutuhkan anggaran total Rp 4 miliar.
Diketahui, rencana pengadaan peralatan peringatan banjir ini dicetuskan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam pidatonya pada Rabu (8/1/2020) lalu.
Mamat menyebut, di wilayahnya sudah ada toa peringatan namun tidak berfungsi dengan baik ketika banjir datang.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Mamat dalam wawancara unggahan YouTube KOMPASTV, Minggu (19/1/2020).
Mamat yang juga merupakan Ketua RW 7 di wilayah itu menyebut, sudah ada toa di daerahnya namun tak pernah ada pengecekan dari pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Selama dipasang sampai saat ini, kalau masalah pengecekan itu belum ada," ujar Mamat.
Selain itu, Mamat juga mengaku toa yang dipasang tidak berfungsi dengan baik lantaran tidak berbunyi di saat yang tepat.
Menurut Mamat, toa di daerahnya tidak berbunyi saat banjir dan malah berbunyi ketika cuaca panas.
"Itu pun masalah bunyi, ya memang bunyinya empat kali ya," jelas Mamat.
"Bunyinya pun di waktu banjir malah tidak bunyi, di waktu panas malah bunyi," sambungnya.
Tak hanya itu, toa tersebut juga hanya mengeluarkan bunyi pelan.
"Jadi bunyinya juga pelan sekali," tambahnya.
Diketahui toa yang terpasang di kawasan Bidara Cina berada di empat titik dan sudah ada sejak 8 tahun lalu.
Warga setempat juga lebih banyak mengetahui soal banjir melalui media sosial atau media massa.