"Tak ada pelaut ulung di laut tenang menjadi sangat releven dalam pandemi ini."
Namun yang sering dilupakan data konsumen. Enterprenuer tidak punya data cukup tentang konsumennya.
"Selera masing-masing konsumen ini menjadi penting ketika ditawarkan buku," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Didiet Maulana pun berbagi tips agar produk kreatif yang dihasilkan bisa menembus pasar internasional.
"Pertama harus kita garis bawahi adalah sebetulnya bagaimana produk kita bisa diterima secara kualitas dan nilai itu di lokal dulu, yang penting diperhatikan. Ukuran sizenya harus betul, adanya konsistensi produk, faktor keamanam, packing juga memegang peranan penting untuk dunia internasional," urainya.
Kemudian juga produk industri kreatif harus menggunakan bahan-bahan yang bisa diterima dunia internasional. Misalnya, tidak menggunakan bahan zat pewarna yang bisa merusak kulit. Setidaknya harus mengantongi izin dari BPOM. Untuk masuk ke dunia internasional juga ada serfitikasinya.
"Saran saya marilah kita berkonsentrasi peluang dan potensi di Indonensia. Kita memiliki 200 juta penduduk, kita ambil dua persen atau 0,05 persen saja menjadi market menjanjikan," ucapnya.
Robert menyebut, dari hasil survei 2020, 98 persen pelaku industri kreatif terdampak COVID-19, 67 persen penurunan penjualan, 58 persen pembatalan projek. Tapi 8 persen malah penambahan omset.
Ia memperhatikan kualitas dari pelaku industri kreatif di Tanah Air sebetulnya sudah sangat baik. Hanya saja harus dipertajam dari sisi creative preneur-nya di mana banyak talenta yang dimiliki oleh pelaku-pelaku kreatif Indonesia.
"Pun juga di sisi lain, banyak pelaku kreatif sudah di taraf internasinal perlu mendapat dukungan teman-teman pers dan media. Semogadari dukungan media, pelaku kreatif bisa naik level di tingkat dunia," tutupnya.