Ia pun kaget dan berteriak mengucapkan kalimat takbir.
"Yang bersangkutan langsung teriak takbir Allahu Akbar, ini sudah jadi mayat," jelasnya.
Berdasarkan keterangan saksi ini, kata Hengki, pihaknya menarik kesimpulan bahwa ada satu korban yang sudah meninggal pada bulan Mei.
"Kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang meninggal sejak bulan Mei diduga ini adalah atas nama Reni," kata Hengki.
5. Dian masih rawat ibunya meski sudah meninggal
Dian Febbyana diketahui masih menyisiri rambut Reni Margaretha meski sang ibu sudah meninggal.
Bahkan, ia juga memberi susu untuk sang ibu.
Hal ini diketahui dari kesaksian pegawai koperasi yang pernah datang ke rumah keluarga di Kalideres pada Mei 2022 lalu.
Kala itu, ia yang kaget tahu Reni sudah meninggal, memberi tahu kepada Dian.
Tetapi, oleh Dian dijawab bahwa sang ibu masih hidup dan masih diberi susu setiap hari.
"Saat pegawai koperasi di dalam kamar menyampaikan bahwa ibunya sudah jadi mayat, Dian jawab ibu saya masih hidup, tiap hari saya berikan minum susu, sambil disisir dan rambutnya rontok semua," terang Hengki Haryadi.
Selain Reni, Dian, dan Budiyanto, Hengki mengungkapkan kedua saksi mata tak melihat keberadaan Rudyanto Gunawan saat itu.
6. Saksi mata diminta tak lapor
Pegawai koperasi dan mediator yang datang ke rumah sekeluarga di Kalideres pada Mei 2022 lalu, sempat diminta Budiyanyo untuk tak melapor ke ketua RT setempat ataupun polisi terkait kondisi Reni Margaretha yang sudah meninggal.
Menurut saksi mata, pesan tersebut disampaikan Budiyanto kepadanya saat ia berlari ketakutan seusai melihat jasad Reni terbujur kaku di dalam kamar.
"Pada saat keluar ketemu saksi yang lain, sudah kami ambil keterangan juga menyatakan yang sama bahwa sempat teriak Allahu Akbar dan salah satu saksi ini dikejar oleh Budiyanto."
"'Tolong Pak jangan sampai dilaporkan ke polisi, jangan dilaporkan pihak RT ataupun warga sini'. Dan ternyata tidak dilaporkan," terang Hengki Haryadi, dikutip dari TribunJakarta.com.
Hal tersebut, kata Hengki, sangat disesalkan pihak kepolisian.
Menurutnya, kejadian serupa seharusnya wajib dilaporkan ke polisi.
"Ini yang kami sesalkan, seharusnya kita semua sebagai warga masyarakat tidak boleh permisif, kejadian seperti ini agar dilaporkan saja," tegas Hengki.
7. Jasad sudah mengalami mumifikasi
Jasad satu keluarga di Kalideres yang ditemukan tewas, sudah mengalami mumifikasi.
Hal tersebut, kata Hengki Haryadi, tengah diteliti oleh tim forensik.
"Ini sedang kami teliti oleh forensik yang sudah meninggal dan terjadi mumifikasi," ungkapnya.
8. Barang-barang elektronik sudah dijual
Sejumlah barang milik sekeluarga di Kalideres yang ditemukan tewas, sudah dijual satu per satu.
Barang-barang tersebut adalah mobil, motor, AC, kulkas, blender, dan TV.
"Dari salah satu penghuni (korban), ternyata yang bersangkutan ini pernah menghubungi salah satu nomor. Ini berkaitan dengan penjualan barang-barang yang ada di dalam rumah," ujar Hengki.
"Barang-barang itu, yakni mobil, kendaraan (roda dua), kemudian AC, kulkas, blender, dan TV," lanjutnya.
Hengki memastikan, penyidiknya telah menemukan pihak-pihak yang membeli barang-barang tersebut.
Bahkan, penyidik memiliki bukti transaksi perdagangan tersebut.
"Kami sudah dapatkan siapa yang membeli, berapa duit dijualnya, dan sebagainya," katanya.
Penemuan bukti transaksi ini menjadi bukti penguat bahwa tidak ada praktik pencurian atau penggelapan atas barang-barang korban.
Dengan demikian, penyidik bisa melanjutkan proses penyelidikan ke dugaan motif lain tewasnya satu keluarga itu di luar dugaan pencurian atau penggelapan barang.
"Jadi, praduga awal yang menyatakan ada pencurian mobil, terus barang-barang yang ada di rumah, sementara bisa kami patahkan," tandas Hengki.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ashri Fadilla/Abdi Ryanda Shakti, TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim, Kompas.com/Tria Sutrisna)