M menyebut tatapan mata AF tak seperti biasanya. M menerka, AF seperti hendak meminta tolong, tetapi tak mengetahui bagaimana caranya.
"Mungkin isyaratnya kayak minta tolong. Diam aja, terus jalan ke arah mushala. Perasaan saya sudah enggak enak aja. Ini bocah kenapa. Keliatan kayak ada tekanan," terangnya.
Kondisi tubuh AF pun memperihatinkan.
Menurut M, AF memang bertubuh kurus. Akan tetapi, pada kali terakhir ia melihatnya, tubuh AF lebih kurus dibandingkan biasanya. Kepalanya besar seperti bengkak.
"Kepalanya besar enggak kayak biasanya. Badannya kurus banget, kayak enggak kuat buat nopang kepalanya," imbuh M.
Tetangga yang lain berinisial C juga sempat melihat AF sebelum meninggal dunia.
C melihat balita malang itu setengah berlari seperti ketakutan setelah melihat Antonius, sang kakek.
"Aku lagi duduk sama tetangga. Dia (AF) lagi mau disuapin sama tetangga. Pas lihat Antonius datang, dia (AF) buru-buru masuk (ke kontrakannya) kayak ketakutan. Kayak pertanda minta tolong," terang C.
Tetangga lainnya yang sempat melihat AF dengan wajah merah lebam adalah S.
Pada Selasa, sekitar pukul 18.30 WIB, S sedang mengangkat jemuran yang ditaruh tepat di depan kontrakan Antonius.
"Iya Selasa Maghrib masih ada korbannya. Dia (AF) ada lebam di bawah mata," ujar S di lokasi.
Usai mengangkat jemuran, S pun bergegas pulang untuk menanyakan kondisi AF kepada ayahnya.
"Saya bilang ke ayah, itu (lebam pada wajah AF) kenapa. Taunya dapet kabar (AF) udah meninggal jam 20.00 WIB-an," ujar S.
"Aku sampai enggak bisa tidur sampai jam 05.00 WIB pagi gara-gara kabar itu," sambungnya.