TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Politisi senior Edwin Henawan Soekawati mengingatkan, cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Prokalamasi 17 Agustus 1945 belum terwujud sampai hari ini.
Seluruh rakyat seharusnya mendapat hak-haknya secara adil, makmur dan sejahtera. Ironisnya, makmur dan sejahtera itu baru dinikmati segelintir masyarakat Indonesia.
“Dari ratusan juta penduduk Indonesia, hanya 785 orang saja yang tergolong makmur dan sejahtera. Yang punya aset diatas 30 juta $ US tidak lebih dari 60 ribu orang,” kata Edwin dalam sambutan deklarasi Gerakan Pemulihan Indonesia(GPI) di Jakarta, Minggu(18/8). Data itu dikutip Edwin dari sebuah laporan lembaga penelitian internasional. Dari 250 juta penduduk Indonesia, imbuhnya, 25 orang saja super kaya raya.
“Yang lain dimana posisinya ? Berarti rakyat ini mayoritas masih miskin ,”tambah Edwin yang mempertanyakan apakah cita-cita-cita Proklamasi itu sudah dilaksanakan atau belum.
Dutegaskan, Proklamasi Indonesia merupakan akumulasi dari perjalanan dan perjuangan bangsa Indonesia selama ratusan tahun. Konstitusi kita kata dia dengan tegas memuat cita-cita bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia(Anindo) ini menegaskan kembali sungguh ironis karena prestasi pemerintah Indonesia sejak merdeka sampai hari ini justru membuat kita prihatin.
“Utang Negara sudah mencapai Rp 2000 triliun, sementara minyak kita diperkirakan 12 tahun lagi bakal habis, begitu juga nasib tambang batubara dan lainnya,”kata Edwin seraya menyatakan, hal ini menjadi persoalan serius karena pemerintah tidak melaksanakan cita-cita Proklamasi secara utuh.
Deklarasi GPI yang dipimpin Bambang Sulistomo dihadiri sejumlah tokoh dan aktivis termasuk yang pernah ditahan di zaman Orde Baru seperti Soenardi. Selain Soenardi, ada aktor Pong Hardjatmo, aktivis buruh Saut Aritonang, ada juga caleg dari PKPI Johanes Uban.
Kemudian, mantan anggota DPR dari Golkar La Ode Ida, ada mantan kepala sospol di daerah seorang purnawirawan TNI, tokoh Gamki Maruli Tua Silaban dan masih banyak toloh lain menghadiri deklarasi itu, termasuk Ketua Umum KNPI Taufan EN Rotorasito
Mereka sepakat, GPI bukan hanya oranisasi slogan dan gagah-gagahan, tetapi nantinya bekerja untuk kepentingan rakyat. Soenardi dalam orasinya berkali-kali menggugat amandemen UUD 1945 dan menilai sekarang ini akhirnya semua serba diperjualbelikan, baik dibidang ekonomi juga dibidang politik.
“GPI bukan hanya dimeja diskusi, tetapi dalam waktu dekat kita akan membuat gerakan-gerakan riil di masyarakat,” kata deklarator GPI Suryokoco.
Dalam orasi politiknya, Bambang Sulistomo menyatakan ada perbedaan menyolok antara pejuang zaman dulu dengan pejuang zaman sekarang.
Kalau dulu pejuang tidak memikirkan imbalan apapun, tidak memikirkan mendapatkan jabatan atau kesempatan apapun demi mencapai kemerdekaan, maka sekarang ini adalah kebalikannya.
“Sebenarnya nilai-nilai dasar perjuangan adalah kejujuran dalam mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan bangsa yang lebih luas,”kata putra Bung Tomo ini.