Setelah merpati dikabarkan bangkrut, Ramdanto keluar dan mencoba melamar ke maskapai lain. Setelah mengikuti proses seleksi, dengan pengalaman yang ia punya nasib baik pun diperolehnya yakni diterima sebagai posisi kapten pilot di Garuda Indonesia.
"Almarhum sebelum kerja (sebagai pilot) di Garuda Indonesia, kerja di Merpati memang sudah lebih dari 12 tahun sebagai pilot,"
Sekira 7 bulan lamanya, siapa sangka nasib baik tak lagi berpihak kepadanya, yakni tanggal 31 Asgustus 2014, Ramdanto meninggal dunia.
Ramdanto meninggal saat di pesawat Garuda Indonesia GA-4032. Sebelum 15 menit sebelum mendarat, kopilot Stenly memberitahukan bahwa kapten pilot tersebut mengalami sesak nafas. Pemberitahuan itu sekaligus meminta ijin untuk mendarat dengan satu pilot. Pada akhirnya kopilot berhasil mendaratkan pesawatnya dengan selamat.
Pesawat yang mengangkut 70 penumpang itu berangkat dari bandara internasional Lombok, menuju Banda Sultah Salahudin, Bima, Nusa Tenggara Barat, pada pukul 14.45 WIT, Ahad 31 Agustus 2014.
Namun Garuda memastikan sang pilot meninggal di rumah sakit. Pujobroto, VP Corporate Communications Garuda Indonesia, mengatakan kapten pilot tersebut tidak meninggal di dalam pesawat.
"Kapten Rhamdanto dinyatakan meninggal di rumah sakit Sari Farma setelah menjalani pemeriksaan dan perawatan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (31/8).
"Garuda Indonesia akan menerbangkan Capt. Rhamdanto besok pagi ke Jakarta untuk pelaksanaan proses penguburan jenazah," lanjut Pujo.
Jenazah Ramdanto tiba di kediamannya di Jati Asih, Bekasi, sekitar pada pukul 09.20 WIB pagi. Diantar dari Rumah Sakit di Bima, Nusa tenggara Barat (NTB). Seluruh keluarga besar sudah berkumpul menunggu kedatangan jenazah di rumah duka. Suasana tangis tangis dan sedih pun menghiasi rumah itu.