News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Ekslusif Jakarta

Maimanah Umar Belajar dari Ceu Popong

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua MPR RI yang baru, Zulkifli Hasan (tengah) menunjukkan palu persidangan bersama para Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (kiri), Mahyuddin (tiga kanan), EE Mangindaan (kanan), Oesman Sapta Odang (dua kanan) dan pimpinan sementara MPR RI, Maymanah Umar (tiga kiri) dan Rizky Pratama (dua kiri) usai pelantikan pimpinan MPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2014). Paket dengan ketua Zulkifli Hasan yang diusung Koalisi Merah Putih akhirnya mengalahkan paket dengan ketua Oesman Sapta yang diusung Koalisi Indonesia Hebat melalui proses voting yang digelar anggota MPR. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

 "Prinsip saya, jangan men-stop kalau ada yang interupsi. Kalau mereka di-stop bisa emosi. Kadang interupsi justru membantu saya. Misalnya, ada yang interupsi minta daftar hadir diumumkan per fraksi. Saya bilang terima kasih dan itu bisa dilakukan sembari sidang berjalan. Setelah ada absensi dari pihak Setjen, saya umumkan daftar hadir," tuturnya.

Maimanah bersedia mengakomodir hampir seluruh interupsi karena ia berprinsip persatuan dan kesatuan di atas perbedaan kelompok disertai pendapat dan kepentingan masing-masing.

"Kita beda-beda, tapi kita sudah direkat oleh Bhinneka Tunggal Ika. Yang kita perjuangkan itu sama, kita ingin Indonesia lebih baik. Lalu, mengapa kita tidak bersatu," tuturnya.

Hal yang tidak kalah penting bagi Maimanah, adalah menjaga ucapan, sikap dan tindakan sebagai pimpinan sidang. Maimanah sangat menjaga dirinya agar tidak mengeluarkan perkataan yang menyinggung peserta sidang dan rapat gabungan.

"Saat saya memimpin rapat gabungan, seluruh partai hadir, ada pimpinan dan petinggi partai, menteri dan sebagainya. Tetapi rapat aman, karena saya tidak membuat mereka tersinggung. Apa gunanya membuat mereka tersinggung? Mungkin karena pengalaman saya, kata-kata yang saya ucapkan membuat sidang kondusif," ujarnya.

Menurut Maimanah, banyak godaan yang memancing emosinya pada saat memimpin sidang. Namun Maimanah bisa mengendalikannya.

"Saat sidang belum dimulai pun, kawan-kawan (DPR dan DPD) sudah interupsi. Padahal, saat itu acara interupsi memang mau saya buka. Mungkin itu menguji emosi saya. Tapi, saya  tidak terpancing, sabar saja menghadapi," tuturnya.

Maimanah juga selalu berdoa di dalam hati saat sidang mulai panas. "Saya memang mempunyai kekhawatiran juga. Saya berdoa, 'Ya Allah, jangan lah sampai ada masalah. Apalagi masyarakat melihat sidang itu," ungkapnya.

Kekhawatiran juga muncul dari anak dan cucunya yang menyaksikan aksi Maimanah dari televisi. Mereka khawatir Maimanah mendapat serangan fisik dari para anggota DPR yang murka.

"Anak-anak saya khawatir. Mereka khawatir akan seperti sidang DPR. Tapi, saya pasrah dan berdoa saja," katanya.

Anak dan cucu-cucu juga bersedih karena Maimanah tidak bisa pulang ke Riau untuk merayakan Idul Adha bersama mereka.

"Anak-anak bilang, kami sedih ibu nggak pulang. Saya bilang nggak apa-apa demi bangsa kita. Doakan ibu supaya bisa memimpin dengan baik," katanya sembari menitikkan air mata.

Maimanah juga menilai, kemampuannya memimpin sidang merupakan buah dari pengalamannya dalam berorganisasi.

Maimanah sudah berorganisasi sejak SD, menjadi ketua OSIS di SMP dan SMA, serta menjadi ketua senat sewaktu kuliah di Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga (kini Universitas Islam Negeri Yogyakarta).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini