TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sama seperti saat ini, bulan Agustus 2014 pemberitaan dihebohkan dengan aksi dari Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) atau Islamic State (IS).
Tidak sedikit warga negara Indonesia yang berbaiat kepada organisasi pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi tersebut. Satu di antaranya adalah Rian, bukan nama sebenarnya.
Ditemui di Jalan Magelang, Yogyakarta, ayah satu anak tersebut mengaku siap berhijrah ke Irak atau Suriah. Bahkan, jika memiliki akses dan dana, ia akan membawa serta anak dan istrinya yang saat ini tengah hamil anak kedua.
Cerita tentang ISIS sudah diketahuinya sejak organisasi tersebut masih bernama Islamic State of Iraq (ISI).
Menurut Rian, ia mendapat beragam informasi tentang ISI yang bermetamorfosis menjadi ISIS hingga menjadi Islamic State (IS) atau Daulah Islamiyah dari internet.
Rian mengungkapkan, dirinya memiliki rekaman video tentang IS yang tidak dipunyai sebagian besar orang. Menurutnya, video yang menunjukkan sisi positif IS tidak pernah terpublikasikan.
"Media sepertinya memang sengaja mendesain agar hanya sisi negatif Daulah saja yang berkembang. Begitu ada berita positif tentang Daulah Islamiyah, tidak berapa lama kemudian langsung diblokir," ujar pria asal Brebes yang kini tinggal di Sleman, DIY ini.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, IS tidaklah "sekejam" apa yang diberitakan. IS justru menjadikan wilayah yang dikuasainya semakin kondusif pascaperang. Berdasarkan informasi tersebut itulah, Rian dan keluarga siap hijrah ke wilayah yang telah dikuasai IS.
Daulah Islamiyah pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi, menurut Rian, banyak berbuat hal positif. Dalam video yang disaksikannya, IS membuat anak-anak kembali tertawa, menjaga tempat ibadah umat agama lain, dan lain sebagainya.
"Bagi yang bersedia hijrah, disediakan apartemen sebagai tempat tinggal. Sedangkan yang belum menikah, akan disiapkan wanita agar ia segera beristri," kisahnya.
Ditanya tentang kabar "pengusiran" umat yang tidak seagama dengan IS, menurut Rian, itu terlalu dibesar-besarkan.
Lulusan universitas negeri di Yogyakarta ini mengatakan, ketika IS menguasai sebuah wilayah, seluruh pemuka agama dan tokoh masyarakat dikumpulkan. Dalam pertemuan itu, dibicarakan tentang aturan-aturan sesuai syariat Islam. Mereka yang menerima dan ingin tetap tinggal diberikan pilihan untuk memeluk Islam atau membayar pajak.
Jika menolak, dipersilakan meninggalkan kota tersebut tanpa gangguan."Terkait pajak, jika dirupiahkan hanya Rp 2 juta per tahun. Seluruh aset, harta dan hak-haknya dilindungi IS. Itu tidak pernah diketahui masyarakat kebanyakan di Indonesia," jelas Rian.
Sebagai negara, IS memiliki struktur pemerintahan layaknya negara lain. Mereka, sambung Rian, memiliki menteri penerangan yang bertugas khusus menyebarkan propaganda sisi positif IS. Hanya saja, propaganda positif IS, menurut Rian selalu "dihalang-halangi". Ia mencontohkan begitu muncul video Abu Bakr Al Indonesiy yang mengajak muslim di Indonesia untuk hijrah menjadi warga negara Daulah Islamiyah, pemerintah langsung merespons dengan memblokir video itu.
Hal semacam itulah yang terjadi dengan video-video propaganda positif tentang IS lainnya. "Beruntung, saya punya video tersebut sebelum diblokir. Ada juga beberapa media luar negeri yang saya kira cukup netral dalam memberitakan IS," tutur dia.
Berdasarkan video dan informasi yang dimiliki tentang IS, Rian menjawab semua persoalan yang menjadi polemik. Di antaranya adalah pertanyaan mengapa IS tidak membantu Palestina dari invasi Israel.
Rian mengatakan keyakinannya kalau IS saat ini tengah bergerak untuk menyelamatkan Palestina. Buktinya, IS tengah masuk ke Lebanon. Dari Lebanon lah nantinya, IS akan terus bergerak hingga Palestina.