News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sebelum Meninggal, Dokter Andra Janji Belikan Mutiara untuk Ibundanya

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek menyambut jenazah dokter Dionisius Giri Samudra atau dokter Andra setibanya di Terminal Cargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/11/2015). Dokter Andra meninggal saat sedang bertugas di Kepulauan Aru, Maluku akibat terkena infeksi otak yang disebabkan oleh virus campak. Selanjutnya jenazah dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Tidak pernah menyusahkan, tidak pernah melawan orang tua, kalau ditelepon diingatkan jawabnya lembut, low profile, gigih, berkemauan keras," paparnya.

Sementara itu sang ayah Agustinus Mudjianto (57) tampak tegar dengan kepergian anaknya.

Mengenakan kaos dan celana jeans ia berdiri di depan rumah dan menyalami para pelayat. Agustinus mengatakan banyak sifat yang dimiliki darinya turun ke Andra. Selain suka makan, senang bergaul, juga memiliki jiwa sosial yang tinggi.

"Ternyata meski saya tidak pernah bilang, tapi dia mengamati dan mencontohnya, seperti banyak membantu orang," katanya.

Menurutnya Andra juga senang memotret. Semua momen baik bersama keluarga maupun teman-temannya kerap ia abadikan. Itulah mungkin menurut Agustinus yang menyebabkan Andra memilih Kepulauan Aru sebagai tempatnya mengikuti program internsif.

"Semuanya dia potret, sampai makanan pun ia foto," katanya.

Andra menurut Agustinus sangat menyayangi keluarga. Dari program Internsif anaknya tersebut mendapatkan pemasukan sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Tanpa diketahui Agustinus, sebagian uang tersebut ia kirimkan kepada sang ibu sebesar Rp 500 ribu.

"Begitu saya tahu, saya sempat marah terhadap istri saya, terus istri saya bilang, saya juga tidak tahu, ia yang mengirimkan sendiri," katanya.

Sebenarnya menurut Agustinus anaknya tersebut menginginkan mengikuti program internsif di sekitar Jakarta saja. Hanya saja lantaran penuh dan slot yang tersisa di wilayah timur, Andra memilih tempat di Dobo. Menurutnya Andra memilih sendiri tempat tersebut dan tidak mengkonsultasikannya dengan keluarga.

"Program internsif kan ada dua tahap. Pertama di sekitar lokasi sekolah, yakni Makassar, dan tahap dua di seluruh Indonesia. Awalnya ia ingin menjalani yang tahap dua di sini, hanya saja penuh, dan tersisa di wilayah timur," katanya.

Agustinus tidak sempat menemani Andra menjelang kematiannya. Ia sedang menunggu pesawat menuju Tual saat anaknya dinyatakan meninggal dunia, Rabu (11/11/2015).

Ia mengaku percakapan terkahir bersama anaknya tersebut ketika berada di Ambon dua hari lalu melalui sambungan telepon.

"Saya telepon ke ponsel temannya, dan meminta untuk menempelkan ponsel tersebut ke Andra. Waktu itu saya menangis dan Andra sudah tidak dapat berbicara," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini