Sepanjang perjalanan menuju ke Cawang, Dita yang duduk di depan dalam kondisi mabuk berat sering berteriak histeris.
Kadang tiba-tiba tertawa sambil membesarkan volume tape mobil.
Disekitar jalan Matraman Dita muntah-muntah karena mabuk berat.
Disaat mobil yang dikemudikan Abe melintas di Jalan Otto Iskandardinata (Otista), sambil berteriak histeris Dita bergerak dan tiba-tiba menarik setir mobil yang dikemudikan Abe.
Akibatnya mobil pun oleng ke kiri jalan dan nyaris menabrak trotoar.
Dengan sigap dan refleks Abe pun mengerem mobil yang dikemudikannya sambil menepis tangan Dita yang dalam posisi menarik setir atau kemudi mobil.
"Tepisan tangan kiri saya mengenai tangan dan wajah Dita. Dita teriak histeris di dalam mobil, Pak Masinton berupaya untuk menenangkan Dita," ujarnya.
Sesampainya di depan MT Haryono Square atau perempatan lampu merah Cawang, Dita turun dengan wajah yang agak memerah dan lebam akibat terkena tepisan tangan kiri saya yang memakai cincin batu akik.
Lalu Masinton menawarkan Dita untuk berobat ke Klinik terdekat.
Saat itu Dita menyatakan tidak apa-apa dan akan mengobati sendiri.
Kemudian Masinton menyuruh sopirnya bernama Husni mendampingi Dita yang dalam kondisi mabuk.
"Saya dan Pak Masinton pulang ke Kalibata, tak lama kemudian Pak Husni datang menyusul kami ke Kalibata," ucapnya.
Esok harinya, 22 Januari 2016 Dita menelepon Abe minta dibantu biaya pengobatan karena ingin dirawat di Rumah Sakit Mata Aini di daerah Kuningan.
Permintaan Dita pun kembali disampaikan Abe kepada Masinton dan dibantu biaya perawatan di RS mata Aini.