Bersukur menurutnya setelah enam jam dioperasi, rekannya tersebut berhasil melewati masa kritis.
"Bahkan di badannya (Budiono) banyak terpasang kabel-kabel, berbeda dengan saya," katanya.
Sementara itu menurut Dodi, sama seperti Budiono, tembakan peluru pelaku teror menembus di perutnya.
Bedanya hanya satu peluru yang ditembakkan pelaku.
Dengan mengangkat kaos yang dikenakannya, Dodi menunjukkan luka di ujung perut kanan dan kiri. Menurutnya peluru tersebut bersarang di ujung perutnya tersebut.
"(Sambil memeragakan) pelurunya masuk dari sini, keluar di sini, di kiri, pelurunya tidak tembus, terlihat di ujung, sebenarnya bisa saya tarik atau cabut, takutnya semakin parah dan malah pendarahan," ujarnya.
Sambil berseloroh, Dodi mengatakan jika ia terkena peluru lantaran lemak yang menumpuk di perutnya.
Menurut dokter, peluru tersebut tidak menembus organ penting, melainkan hanya jaringan lemak yang ada di perutnya saja.
"Kalau perut saya tidak maju, mungkin peluru hanya lewat saja," katanya sambil tertawa.
Dodi mengatakan berbeda dengan Budiono, ia hanya dioperasi tidak lebih dari satu jam. Ia memuji tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit, yang cepat menangani korban.
Setelah operasi, bahkan oleh dokter ia diperlakukan seperti orang sehat. Tidak ada pantangan apa pun, terkecuali membatasi gerak tubuh, terutama bagian perut.