Namun, ada satu hal yang tidak bisa dilupakan sekaligus disayangkan Cecep.
Yakni, Masyarakat Indonesia saat itu tidak mendapat informasi secara tepat. Malah saat itu, menghindari kejadian yang menurut Astronom ini sangat indah.
"Saat itu banyak orang yang berhamburan ke luar karena melihat orang asing bersiap memantau gerhana, tapi ketika mulai gelap mereka malah bersembunyi di dalam rumah," tuturnya.
Beberapa astronom asing yang ikut melihat gerhana, tutur Cecep, melihat warga Indonesia seolah masih primitif.
Berselang sekitar lima tahun, 18 Maret 1988, gerhana matahari total kembali terjadi di Indonesia. Sebagai astronom, Cecep kembali mengamatinya.
Pada gerhana matahari kali keduanya, Cecep mengamatinya di Palembang, Sumatera Selatan.
Saat itu, situasi yang telah berbeda. Masyarakat Indonesia sudah tidak takut lagi menikmati gerhana matahari total.
"Tahun 1988, sudah mulai banyak orang yang menikmati berlangsungnya gerhana matahari," ujarnya.
Gerhana matahari total pada Rabu (9/3/2016) nanti merupakan momen penting bagi dunia astronomi Indonesia. Cecep tak ingin fenomena itu berlalu begitu saja bagi astronom, siswa, guru dan masyarakat luas yang akan menyaksikan fenomena alam itu di Planetarium.
Karena di balik keindahannya, gerhana itu menyimpan segudang ilmu pengetahuan yang menarik untuk terus dipelajari.