Usai melihat produksi dodol, Zulkifli lalu berjalan menuju toko Hj Mamas yang terletak tak jauh dari pabrik tersebut.
Di sana, Zulkifli memborong dodol serta kue tradisional.
Ia pun mengambil kue bakar atau bangkit.
"Kalau tarawih terus wakuncar (waktu kunjung pacar), nah bawa kue kering ini. Enak, dicelup sama teh susu," kata Zulkifli sambil menunjukkan kue bakar.
Ia lalu menyatakan usaha kecil seperti dodol Betawi harus didukung dengan teknologi, kemasan dan pemasaran.
"Makanya perlu bantuan agar bisa mengolah dodol dengan baik bisa diekspor dan masuk supermarket," ujar Ketua MPR itu.
Sementara Masitoh menuturkan penggunaan mesin membuat cita rasa dodol Betawi berbeda.
Sebab, dodol hanya mendidih di bagian tengah saja.
"Kalau nenek moyang pakai kayu, jadi ini dipertahankan terus. Terpenting kita jaga kebersihan," katanya.
Bulan ramadan kali ini, Masitoh mengaku pesanan dodol Betawi meningkat.
Pada hari biasa, Masitoh memproduksi 20 kuali.
Dimana satu kuali bisa menjadi 20 besek.
Sedangkan bulan ramadan, meningkat menjadi 30 kuali per hari.
Dodol betawi per besek dijual seharga Rp 80 ribu.
Masitoh menceritakan mulai berjualan dodol sejak 1980.
Tetapi, hanya berproduksi tiga kali setahun.
Sering berjalannya waktu, dodol Masitoh dikenal warga dan berproduksi setiap hari mulai tahun 1990.
"Banyak artis yang datang, Elvi Sukaesih dan Saipul Jamil sudah datang," tuturnya.