Sebagai wujud kerjasama aktif, WCS-IP telah melaksanakan sistem patroli hutan berbasis SMART bersama-sama pemerintah di beberapa kawasan taman nasional.
SMART merupakan salah satu pilihan sistem manajemen informasi yang dapat diaplikasikan dalam pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. SMART pada awalnya didesain untuk mengembangkan upaya anti perburuan dan penegakan hukum.
Namun sistem SMART juga dapat diterapkan untuk mendukung sebagian besar aspek pengelolaan kawasan konservasi, seperti kegiatan penelitian keanekaragaman hayati dan kegiatan sosial dalam masyarakat.
Sebagai sistem aplikasi, SMART berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi, dan melaporkan hasil kegiatan pengelolaan di lapangan.
Situs Warisan Dunia Hutan Hujan Tropis Sumatera meliputi kawasan seluas 2.595.124 hektar.
Kawasan yang berada pada gugus pegunungan Bukit Barisan tersebut menjadi salah satu kawasan konservasi paling luas di Asia Tenggara.
UNESCO mencatat Hutan Tropis Sumatera merupakan rumah bagi 10 ribu spesies tumbuhan, 201 spesies mamalia, dan 580 spesies burung.
Hutan ini juga menjadi habitat yang signifikan bagi konservasi in-situ mamalia yang membutuhkan ruang jelajah yang luas seperti harimau sumatra, orangutan sumatra, gajah sumatra dan badak sumatra.
TNGL, TNKS dan TNBBS layak menjadi Situs Warisan Dunia Hutan Hujan Tropis Sumatera, karena memiliki fenomena dan keindahan alam yang luar biasa, menjadi contoh bagi kelangsungan proses ekologi dan biologi dalam evolusi perkembangan ekosistem, tumbuhan dan hewan, dengan habitat dan keanekaragaman hayati yang beragam.
Lima tahun belakangan ancaman kerusakan dan tekanan perambahan terhadap ketiga kawasan konservasi itu terus membayangi. Padahal UNESCO telah menetapkan ketiga taman nasional di Pulau Sumatera ini menjadi Situs Warisan Dunia atau World Heritage Site sejak 2004. Artinya, meskipun berada di wilayah Republik Indonesia, namun warga dunia juga ikut memiliki kehadiran dan fungsi hutan hujan tropis dataran rendah terakhir di Indonesia itu.[]
*****