News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Isu SARA

Presiden Jokowi: Cari Siapa Klien dan Investor Saracen

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga tersangka anggota kelompok Saracen, penyedia jasa penyebar ujaran kebencian atau hate speech untuk menyerang suatu kelompok tertentu, yakni JAS, SRN, dan MFT (baju tahanan warna oranye) dihadirkan saat rilis kasus di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (23/8/2017).

Mantan Sekjen PDI Perjuangan itu menilai, ujaran kebencian yang diduga dilakukan kelompok Saracen dapat mengganggu tatanan, menganggu hubungan baik masyarakat dan pemerintah.

"Fitnah kepada Presiden kan luar biasa sekali. Perorangan, lembaga, apa yang dikerjakan oleh pemerintah dengan baik pun diputarbalikan, termasuk urusan Pilkada jangan sampai ke Pileg dan Pilpres justru membuat fitnah," ujarnya.

Tjahjo kemudian mengajak semua pihak untuk membangun demokrasi yang sehat dengan menyampaikan program-program yang terbaik.

"Fitnah kepada semua pihak, baik perorangan, baik kelompok atau pemerintah ini harus diusut dengan baik," tandasnya.

Ketua SETARA Institute Hendardi menilai, kelompok intoleran yang eksis dan berpengaruh, hasrat berkuasa dengan menggunakan segala cara, membuat kelompok Saracen mendapatkan ceruk pasar yang luas.

"Pekerjaan kelompok Saracen merupakan kejahatan serius karena implikasi yang ditimbulkan dari konten kebencian adalah ketegangan sosial, konflik, diskriminasi, xenophobia dan kekerasan," kata Hendardi.

Mantan Menkopolhukam Agum Gumelar mengatakan Hoax Saracen sangat menjijikkan.

"Itu sudah terbongkar dan sangat menjijikkan, menimbulkan kebencian yang masuk ke hati, serta merusak persatuan dan kesatuan," kata Agum Gumelar saat ditemui di kantor PP Polri kemarin.

Sebagai seorang yang pernah jadi bagian menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Agum Gumelar, isu bohong yang kemudian menimbulkan provokasi sedang menguji kondisi negara menjadi tidak terkendali.

"Kita (warga Negara Indonesia) mensyukuri kebebasan yang telah ada selama 72 tahun merdeka, tapi tetap kita harus memanage agar tidak berkembang menjadi sesuatu yang liar," katanya.

Ia juga tidak yakin tentang dugaan keterlibatan seorang Purnawirawan dalam kelompok penyebar hoax Saracen.

"Itu saya (Agum Gumelar) kenal, tapi saya tidak yakin dia terlibat, jadi berita yang ada tentang keterlibatan Purnawirawan itu harus dibuktikan benar atau tidak," ujar Agum.

Agum Gumelar yang pernah menjadi pangdam ini menyatakan mengenal baik Purnawirawan yang diduga terlibat Saracen.

"Karena menurut saya sendiri dia bekas kasdam saya, adik saya ketika saya jadi pangdam sehingga saya tidak yakin," kata Agum. (tribun/rin/fah/yat/mal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini