Dengan begitu, lanjut Arif, persembunyian mereka selama merakit 1,2 ton bahan bom di garasi rumah yang tidak pernah terbuka itu.
"Mereka melakukan penyamaran begitu sempurna. Masing-masing orang memiliki perannya sendiri-sendiri. Jadi, tidak ada yang mengetahui kegiatan mereka selama berada di dalam kontrakan," ucap mantan Kapolda NTB itu.
Ledakan di Rumah Kontrakan
Tidak banyak pemberitaan yang menjelaskan bahwa terdapat sebuah ledakan yang terjadi di rumah kontrakan yang dihuni pelaku Bom Bali 1.
Tepat pada 6 Oktober 2002, terjadi sebuah ledakan yang cukup besar di dalam ruang perakitan bom.
Saat itu, Amrozi membawa bahan bom yang sudah dirakit oleh Dr Azhari bin Husin di dalam filling cabinet.
Namun, Amrozi, tidak membawanya secara benar. Dia menyeret bahan tersebut untuk masuk ke dalam mobil L-300 yang sudah siap di depan garasi.
Bahan bom yang tercecer di lantai tersebut menimbulkan percikan api dan ledakan yang cukup besar.
Ledakan itu kemudian menimbulkan asap dari dalam ruang perakitan, kaca-kaca kontrakan bergetar dan suara ledakan terdengar hingga tetangga.
Baca: Gembong Teroris dr Azahari Tewas Tertembak Peluru Polisi, Bukan Bunuh Diri
Idris, yang saat itu memiliki tugas untuk memperhatikan tetangga dan penghuni kos, langsung mengecek ke luar kontrakan dan banyak tetangga mulai bertanya.
"Dia bilang hanya ada yang konslet saja. Tidak ada lanjutannya. Tetangga kemudian percaya dan membubarkan diri. Padahal, di dalam itu sangat kacau akibat ledakan itu," tutur Komjen Pol Arif Wachjunadi kepada Tribun.
Dr Azhari yang berada di dalam kontrakan tersebut sempat pucat pasi, begitu juga dengan penghuni lainnya.
Mereka, kata Arif, khawatir kejadian itu menjadi bahan perbincangan dan rencana eksekusi pengeboman di Sari Club dan Paddy's Cafe terbongkar.
Tidak lama, semua pelaku Bom Bali 1 yang berada di dalam rumah akhirnya dievakusi di sebuah wisma penginapan di dekat kontrakan.