Bahkan elektabilitas Partai Hanura sudah disalip partai baru seperti Perindo.
Jika trend negatif ini tidak disikapi secara serius oleh seluruh jajaran Partai Hanura, bukan tidak mungkin partai ini akan tereliminasi dalam Pemilu 2019 nanti karena gagal mencapai parliamentary threshold sebesar empat persen.
Sebab itu, untuk mengamankan posisi Partai Hanura pada Pemilu 2019, seluruh share holder partai ini perlu kembali ke khitah, ke jati dirinya sebagai bagai partai bersih, transparan, dan kekeluargaan.
Mengacu pada hasil-hasil survei yang ada, Partai Hanura di bawah kepemimpinan Oesman Sapta tampaknya tidak menjanjikan prospek yang baik.
"Sejarah telah membuktikan bahwa track record Oesman Sapta dalam perpolitikan selalu diwarnai dengan kegagalan," ucapnya.
Sebagai contoh, pada saat memimpin Partai Persatuan Daerah (PPD) pada Pemilu 2004 dan 2009, gagal mengantarkan partai tersebut ke Parlemen.
Bahkan saat memimpin Partai Persatuan Nasional (PPN) menjelang Pemilu 2014, Oesman Sapta gagal mengantarkan partai gabungan 12 parpol tersebut menjadi peserta Pemilu 2014.
"Benar kata Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto, bahwa kemelut yang terjadi di Hanura harus diselesaikan dengan mengacu pada AD/ART partai yang telah disepakati. Namun setiap upaya penyelesaian krisis partai yang terjadi saat ini akan lebih elok dan produktif apabila berorientasi pada khitah Partai Hanura sebagai partai bersih, transparan, dan kekeluargaan," tandasnya.