TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama lima tahun terakhir memimpin Jawa Tengah, Ganjar Pranowo telah menorehkan sejumlah prestasi, salah satunya prestasi di bidang kesehatan.
Calon gubernur Jawa Tengah (Jateng) nomor urut satu itu berhasil menurunkan angka kematian ibu dan balita di Jateng selama masa kepemimpinannya pada 2013-2018.
Pria dengan ciri khas rambut putih itu menyatakan sejumlah program kesehatan telah disiapkan seandainya kembali dipercaya memimpin Jateng.
Ganjar Pranowo yang kini berpasangan dengan Taj Yasin, telah menyiapkan program kesehatan yang merujuk data indeks kesehatan 2013-2018.
Sejumlah program kesehatan periode pertama akan ditingkatkan, di antaranya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
1. Penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB).
"Pada awal saya menjabat 2013, angka kematian ibu dan bayi tinggi sekali. Itulah mengapa saya membuat program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng," tutur Ganjar dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa (20/3).
Program tersebut terbilang berhasil dengan berbagai indikator menggembirakan. Ketika dunia hanya menargetkan penurunan tiga persen, Jateng mampu menurunkan 14 persen pertahun.
Sekadar catatan, AKI Jateng pada 2017 adalah 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal pada 2013 AKI masih 118,62 per 100 ribu kelahiran hidup dan 2014 naik sedikit.
"Setelah 2014 turun terus dan turunnya cukup banyak, lebih dari 14 persen per tahun," kata Ganjar.
Penurunan AKI di Jawa Tengah yang menyentuh angka 88,58 per 100 ribu kelahiran hidup tersebut bahkan melampaui target SDG’s yang mematok di angka 90 per 100 ribu kelahiran hidup.
"Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang diluncurkan 2016 lalu adalah semangat kejuangan. Greget yang dimulai dari hulu sampai hilir, lintas sektoral, lintas program, mulai dari primer sampai tersier," kata dia.
2. Penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (Akaba)
Lima tahun yang lalu, AKB Jateng tercatat 10,41 per 1.000 kelahiran hidup. Pada 2017 sudah turun menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran hidup. “Di kurun waktu yang sama, Akaba turun cukup signifikan dari sebelumnya 11,8 jadi 10,47 per 1.000 kelahiran hidup, ” kata politisi PDI Perjuangan itu.