TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan mendaftarkan calon kepala daerah yang kalah di dalam kontestasi Pilkada untuk mengikuti Pileg 2019.
Setelah gagal di pesta demokrasi di daerah, mereka diharapkan mampu mendulang suara bagi partai berlambang kepala banteng tersebut.
Diantaranya, yaitu pasangan calon gubernur-wakil gubernur Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus, pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jawa Barat, TB Hasanudin-Anton Charliyan, dan calon wakil gubernur Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno Putri.
"Saat menyusun desain daftar caleg, kami tidak masuk figur terlebih dulu. Tapi kekuatan gotong royong partai yang ditonjolkan," ujar Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto, Rabu (18/7/2018).
Baca: Alasan Eko Patrio Serahkan Berkas Caleg PAN ke KPU DKI Jam 12 Malam
Dia menjelaskan, pengutamaan desain kepartaian dilakukan karena menurut sejumlah riset, rakyat masih cenderung memilih lambang Partai ketimbang caleg.
Politisi asal Yogyakarta itu mengatakan mayoritas caleg yang didaftarkan adalah kader asli PDI Perjuangan.
Hal ini adalah buah proses kaderisasi partai yang memakan waktu panjang.
"Kami tidak tergoda melakukan transfer pemain. Kami mengedepankan ketokohan dengan design ketokohan," kata dia.
Dari sederet calon kepala daerah itu, menurut dia, masing-masing mempunyai kelebihan.
Dia menjelaskan, Djarot mampu tampil sebagai sosok kekuatan perekat dan mendorong daya elektoral bagi PDI P di Sumut.
Selain itu, terdapat juga Puti Guntur yang dinilai mampu menarik suara dari daerah pemilihan Jawa Timur I.
Bahkan, dia menggusur Guruh Soekarno Putra yang diminta maju dari wilayah Blitar.
"Nomor 1 dari DPP, maka mas Bambang nomor 1, Mbak Puti nomor 2. Minimum di Surabaya 3 kursi. Guruh dikenal di Blitar. Tidak ada pergeseran. Strategi komunikasi politik dan penempatan kader," tambahnya.