TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 250 mahasiswa Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta melakukan kegiatan silaturahmi kebangsaan ke Masjid Istiqlal, Jumat (28/9/2018).
Silaturahmi ini berlangsung dan diterima di ruang pertemuan 34. Diterima oleh perwakilan pengurus masjid dan diberikan paparan tentang sejarah Masjid Istiqlal.
Pun hadir ketua BPPMI (Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal), Laksamana Pertama (Purn) Asep Saepudin.
Dalam paparannya, ketua BPPMI menjelaskan visi misi dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Masjid Istiqlal.
“Masjid ini merupakan milik bangsa Indonesia, tidaki hanya milik orang Islam. Karena dari semangatnya, kenapa mesjid dibangun hinggga proses pembangunannya, merupakan hasil kerja sama antar pelbagai pihak yang berbeda latarbelakang agama, suku, budaya," ujar Asep Saefuddin kepada para mahasiswa dan para dosen yang hadir, seperti dikutip Tribunnews.com dari keterangan tertulis.
"Mesjid ini juga, tidak memberikan ruang kepada gerakan radikalisme, bahkan kalau ada ustad yang kotbahnya agak menyingung tidak diberi kesempatan untuk berkhotbah di sini.”
Lebih lanjut Asep Saefuddin menyampaikan, Masjid Istiqlal memiliki banyak simbol yang bersifat kenegaraan yang erat kaitannya dengan dasar negara yaitu Pancasila.
Untuk itu ia berpesan kepada para mahasiswa Atma Jaya untuk menjaga harmoni antar umat beragama.
Hal ini pun selama ini sudah terjaga dengan kehadiran dua rumah ibadah yang saling bertetangga yakni Istiqlal dan Gereja Katedral.
Pada kesempatan ini, para mahasiswa dan dosen diberikan waktu keliling kompleks Mesjid dan dipandu pemaparan yang sangat bermanfaat bagi pengetahuan para mahasiswa.
Pihak Atma Jaya yang diwakili oleh Paulus Tasik mengatakan, kunjungan ini merupakan bagian dari implementasi mata kuliah Multikulturalisme yang sudah 14 tahun diselenggarakan di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.
Paulus berharap, melalui kunjungan ini, para mahasiwa mengalami langsung perjumpaan dengan perbedaan yang mereka selama ini hanya mendengar di ruang kelas.
Salah saeorang dosen lain, yang juga mengajar di Atma Jaya, F.W. Andanti M.Si, mengungkapkan, mahasiswa perlu mendengar langsung dari pihak Masdjid Istiqlal tentang bagaimana masjid itu tidak sekadar tempat beribadah.
"Tetapi juga sebuah monumen keberagaman yang memuat kaidah-kaidah kebudayaan Indonesia yang merupakan kekayaan bangsa. Dengan kunjungan ini diharapakan mampu lebih berprasangka baik terhadap perbedaan yang merupakan realitas masyarakat Indonesia,” katanya. (*)