Kata dia, kembali Prabowo menyerang dengan infrastruktur yang mahal seperti LRT dan MRT tanpa menyebutkan angka dan datanya yang memadai.
Padahal dia menjelaskan, bIaya pembangunan LRT Jabodetabek per kilometer (km) Rp 673 miliar, sementara di Malaysia LRT Kelana Jaya Malaysia biaya per km nya Rp 817 miliar / km.
"Prabowo bilang Malaysia dua kali lebih efektif daripada Indonesia. Lagi lagi sebar hoaks," tegasnya.
Ia menjelaskan pula, Jokowi menyatakan bahwa salah besar kalau tanpa perencanaan yang matang dan tidak digunakan rakyat.
Jokowi terlihat tenang untuk menjawab bahwa pemanfaatan infrastruktur membutuhkan waktu. Misalnya, budaya penggunaaan transportasi publik membutuhkan waktu.
Juga dengan pembangunan bandara di Jawa Barat masih membutuhkan infrastruktur lainnya. Pun soal ganti rugi pembangunan infrastruktur yang dinilai tidak pro rakyat, Jokowi mengatakan bahwa justru yang terjadi ganti untung.
Soal reformasi agraria lanjut dia, merupakan hal yang semakin mengunggulkan kemenangan Jokowi. Berbagai program seperti program Perhutanan Sosial, konsesi tanah untuk masyaraat adat dan ulayat adalah program yang konkret, selain program sertifikasi tanah.
Soal tata kelola sawit, Prabowo menyatakan program yang normatif dengan menyebut perkebunan inti rakyat dan plasma.
Menurut Ace, Program itu sudah sejak zaman baheula dilaksanakan.
Sementara Jokowi menyatakan bahwa produksi sawit semakin tinggi dan sudah dipergunakan untuk B20 untuk memenuhi biodiesel.
Kemudian, Perdebatan soal lingkungan hidup. Prabowo lebih banyak mengakui keberhasilan Pak Jokowi dalam hal penegakan hukum lingkungan dan program yang lebih konkret misalnya soal Citarum Harum di Jawa Barat.
"Sementara Prabowo tak ada yang ditawarkan kecuali mengafirmasi program Pak Jokowi," ucapnya.
Soal industri 4.0, jelas dia, Jokowi sangat menguasai. Terlihat Jokowi piawai bicara soal infrastruktur teknologi informasi hingga bagaimana pemanfaatannya.
Karena bagi Jokowi, Penggunaan industri 4.0 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.