"Aksi demonstrasi juga bisa terjadi di kota-kota lain di Pulau Jawa dan Sumatra. Anda harus menghindari semua aksi demonstrasi," bunyi imbauan yang disampaikan di laman resmi pemerintah Britania Raya.
Guntur Sakti mengatakan safety dan security suatu negara menjadi satu pilar dalam indeks daya saing pariwisata versi Travel and Tourism Competitiveness Index World Economic Forum (TTCI).
"Dua hari ini, 21-22 Mei 2019, aksi dan demo di Jakarta memiliki daya rusak yang tinggi terhadap reputasi pariwisata Indonesia, apalagi kejadiannya di Jakarta, di mana 30 persen wisatawan mancanegara masuk via Jakarta," ujar Guntur Sakti.
Meski negara-negara tersebut menerbitkan travel advice, tidak berarti turis-turis dari sana tidak bisa mengunjungi Indonesia.
Travel advice adalah imbauan yang wajar dan tidak mengancam iklim kepariwisataan Indonesia.
Travel advice dikeluarkan sebagai respons terhadap peristiwa membahayakan dalam jangka pendek di sebuah negara.
Negara-negara yang menerbitkan travel advice tidak melarang warga negaranya mengunjungi daerah-daerah tertentu, namun hanya meningkatkan kewaspadaan.
Travel advice berbeda dari travel warning. Travel warning adalah larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah sebuah negara kepada warga negaranya untuk bepergian ke sebuah negara tertentu.
Travel warning diterbitkan jika kondisi sebuah negara masuk kategori membahayakan.
Pemerintah melarang warga negaranya mengunjungi wilayah-wilayah yang mereka anggap sedang dalam kondisi berbahaya, misalnya akibat bencana alam dan gangguan keamanan.
Kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 21-22 Mei lalu tidak hanya mengganggu kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
Peristiwa tersebut membuat wisatawan lokal takut mengunjungi Jakarta.
"Terkait travel advice, itu sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari,jangankan wisatawan mancanegara ke Jakarta, wisatawan lokal yang ke Jakarta pasti juga anjlok. Banyak warga kota di Indonesia yang tidak terkait dengan isu politik lebih memilih tinggal di rumah bersama keluarga menyaksikan informasi terkini melalui televisi," papar Guntur Sakti. (Tribun Network/rina ayu/deo)